Suara.com - Kenaikan kelas selalu menjadi momen mendebarkan bagi Fifin. Jantungnya berdegup lebih cepat dan ia sulit tidur pada malam menjelang kenaikan kelas. Bukan karena khawatir nilainya buruk hingga bikin tidak naik kelas. Sufintri Rahayu, nama lengkapnya, khawatir sang guru akan mengacak tempat duduknya dan membuatnya berpisah dengan Mira, teman sebangkunya sejak kelas 1 Sekolah Dasar.
Tapi momen itu akhirnya memang tiba. Fifin harus berpisah dengan Mira dan mesti duduk dengan teman yang baru dikenalnya. Keringatnya mengucur deras setiap membuka obrolan dan berkenalan dengan orang baru.
![Direktur Corporate Affairs Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu saat melakukan wawancara khusus dengan tim Suara.com di Kantor Nestle Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (22/11/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/original/2022/12/06/44133-direktur-corporate-affairs-nestle-indonesia-sufintri-rahayu.jpg)
Tapi siapa sangka, bahwa Fifin yang saat kecil dikenal kurang pergaulan dan tidak punya banyak ambisi, kini justru menjadi salah satu pimpinan di sebuah perusahaan multinasional berskala global. Ya, selama lebih dari satu tahun belakangan, Sufintri Rahayu justru dipercaya menjadi Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia.
Saat berbincang dengan Suara.com baru-baru ini, Fifin pun mengungkapkan bahwa dunia komunikasi bukan cuma karier, tapi sudah mengalir di dalam tubuhnya.
“Jadi buat saya komunikasi itu bukan cuma sebuah karier, pekerjaan, tapi it’s already in my DNA,” ujarnya.
Lantas, bagaimana perjalanannya dari seorang anak kecil yang terkenal pemalu dan tertutup, hingga saat ini bisa menjadi Direktur Corporate Affairs Nestle? Berikut cuplikan wawancara khusus Suara.com dengan Sufintri Rahayu.
Apa yang bikin tertarik di bidang komunikasi? Bagaimana awal mulanya?
Jadi tuh, maybe tahun ini udah tahun ke-23 aku bekerja, tapi sebelum itu saya sempat bekerja part time. Mungkin kalau diceritain sedikit, flashback, anak SMA itu biasanya pikirannya pengen jadi dokter, insinyur, masuk tentara gitu. Sementara saya sudah merasa communication itu is my forte gitu ya.
Waktu itu belum terlalu populer (communication), dan universitas yang punya komunikasi hanya Padjadjaran University. Nah, saya tuh udah mulai dari kelas 1 SMA sudah doing some research juga, dan ketika orang-orang ambisinya pengen masuk IPA, saya pengennya masuk sosial gitu.
And I’m very active, untuk ikut organisasi OSIS, di bagian kehumasan. Emang udah pengen banget kayak begitu, akhirnya nemu about communication as well.
Jadi setelah lulus SMA, my mission itu emang pokoknya saya mau masuk Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Jadi kalau misalnya di UMPTN, pilihan nomor satu most of it ITB atau UI kan, saya malahan pilihnyaUnpad dulu baru UI. Dan alhamdulillah saya kepilih di UMPTN, dan mulai belajar communication juga secara science gitu.
Dan I really loved it. Saya merasa bahwa one thing that I’m really good at, secara pengalaman, ya communication. Jadi buat saya komunikasi itu bukan cuma sebuah karier, pekerjaan, tapi it’s already in my DNA. I use it also untuk bagaimana mengelola komunikasi saya bersama keluarga. Misalnya sekarang saya punya anak, bagaimana bisa memahami interpersonal communication dengan dia, empathy communication gitu.
Dan saya merasa itu saya yang paling bisa. Jadi kalau misalnya ada yang nawarin saya sekarang gitu, “Bu Fifin, mau jadi Finance Director”, tentu saya bilang saya gak mau gitu. Saya merasa memang saya bagusnya di communication.
Tapi, adakah inspirasi yang membuat Anda menjalani karier ini?