Wawancara Khusus Calon Rektor UNPAD Prof Keri Lestari: Ungkap Cara Dongkrak Pendapatan Kampus Tanpa Kenaikan UKT

Sabtu, 15 Juni 2024 | 12:45 WIB
Wawancara Khusus Calon Rektor UNPAD Prof Keri Lestari: Ungkap Cara Dongkrak Pendapatan Kampus Tanpa Kenaikan UKT
Prof.Dr. Keri Lestari, Guru Besar Farmasi UNPAD. (Suara.com/Ramadhani Ari Nugroho)

Bagaimana caranya? Pertama, Universitas PTNBH itu punya aset idle yang besar. Kita bisa bekerja sama dengan mitra supaya aset idle yang besar itu memberikan manfaat. Contohnya, saya bersama Kementerian Perdagangan membawa hasil riset hilirisasi ke Maroko. Produk riset kami adalah stevia yang cocok dengan gaya hidup di Maroko, karena prevalensi diabetes di sana tinggi. Mereka bisa menikmati teh manis yang aman untuk diabetes dengan stevia. Selain itu, kami mendapat LOI untuk mencari lahan menanam kopi di Indonesia karena ada permintaan kopi dari Maroko.

Lahan Unpad yang besar bisa digunakan untuk menanam kopi yang kemudian diekspor. Selain itu, bisa menjadi teaching farming untuk mahasiswa pertanian, sehingga mereka tahu ada komoditi yang bisa diekspor. Dengan cara ini, kita bisa mandiri dari segi keuangan tanpa bergantung pada UKT.

Bicara soal UKT, tadi juga ada rapat Mendikbudristek Pak Nadiem Makarim dengan DPR membicarakan soal kenaikan UKT yang dianggap memberatkan mahasiswa, terutama dari keluarga menengah ke bawah. Kalau di Unpad sendiri atau Prof sendiri, bagaimana melihat fenomena ini?

Tidak semua orang Indonesia tidak mampu, buktinya banyak yang sekolah ke luar negeri. Tapi tidak semua anak Indonesia mampu. Jadi, kita perlu menyediakan program subsidi silang. Orang yang mampu membayar lebih, ya bayar lebih. Intinya adalah kita harus punya cara untuk menilai bahwa seseorang memang mampu.

Saat rapat tadi, Pak Nadiem bilang kenaikan UKT hanya berlaku untuk mahasiswa baru 2024 dan akan menyasar yang menengah ke atas. Kalau di Unpad bagaimana?

Sama, di Unpad juga ada grading. Banyak mahasiswa yang masih bayar UKT sekitar 2 juta, ada yang rata-rata sekitar 5-7 juta. Yang UKT-nya di atas itu, kita lakukan penilaian berdasarkan kemampuan ekonomi.

Ada juga gitu loh. Nah, gimana cara menyasarnya?

Sebenarnya gampang, Mbak. Cara menyasarnya itu tinggal dilihat aja dari rekening listrik, rekening handphone, rekening teleponnya. Rekening handphone-nya itu nggak bisa menafikan karena dia hidup dengan itu. Gaya hidupnya ada di situ, gitu kan. Nah, di situlah kita bisa menakar. Kemudian, lihat pajaknya, SPT-nya. SPT menunjukkan seberapa besar pendapatannya. Jadi, intinya marilah kita sama-sama membesarkan pendidikan ini secara fair. Orang yang mampu membayar sesuai dengan kemampuannya, yang tidak mampu kita tolong.

Tetapi, universitas juga punya inovasi-inovasi yang nanti bisa mengisi kekurangan dari subsidi tersebut. Nah, isian itulah yang kemudian menjadi kemampuan dari pimpinan untuk memutarkan itu. Tapi tentu masih dalam business core-nya sebagai lembaga pendidikan. Jangan sampai hilang dari business core-nya itu. Lembaga pendidikan harus berpegang kepada pendidikan karakter, kemudian berpegang juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Itu tetap core-nya di situ. Jangan sampai nanti atas nama kita memerlukan pendanaan, jadi menurunkan kualitas, misalkan.

Baca Juga: Deep Talk Guru Besar Farmasi Unpad Keri Lestari: Progress Sebagai Calon Rektor hingga Kenaikan UKT (Part 1)

Nah, itu juga jangan. Jadi, kita tiba-tiba atas nama keinginan pendanaan, akhirnya UKT-nya mahal, misalnya, potong pukul rata buat semua. Enggak gitu. Jadi, memang ini membutuhkan tools tertentu untuk menilai kemampuan orang tua si siswa. Tapi jangan salah, orang yang mampu pun bisa tiba-tiba nggak mampu.

Kenapa? Misalnya, orang tuanya tiba-tiba sakit atau yang sering terjadi adalah orang tuanya bercerai. Atau bisa juga tiba-tiba orang tuanya kena PHK. Itu bisa terjadi dalam perjalanan pendidikan anak-anak itu. Nah, kita juga harus punya safety belt untuk mereka. Safety belt itu bisa dalam bentuk kerjasama dengan mitra, misalkan dulu pernah ada program kawan asuh. Jadi, kita punya kerjasama untuk menerima mahasiswa dari mitra, tapi mahasiswa dari mitra tersebut membayarnya berapa kali UKT untuk temannya. Nah, itu ada program kawan asuh seperti itu. Kenapa bisa? Karena memang dia punya kemampuan untuk itu. Orang Indonesia kalau sekolah ke luar negeri pembayarannya dua kali, tiga kali lipat lebih dari di Indonesia. Belum lagi hidup di sana.

Tapi menurut Prof nih, setuju nggak ada kenaikan UKT seperti yang direncanakan oleh Pak Menteri?

Iya, jadi gini, kenaikan UKT itu suatu hal yang tidak bisa dihindari karena adanya inflasi. Tapi, saya katakan tadi bahwa kenaikan UKT itu adalah alternatif terakhir manakala kita tidak bisa menjaga balancing keuangan karena tidak ada sumber lain yang bisa menjaga itu. Selama kita bisa menjaga balancing keuangan, balancing antara input dengan output, saya pikir itu alternatif terakhir. Makanya kita coba dulu dengan tadi, bagaimana kita mengutilize aset yang idle, bekerjasama membuat korporasi bisnis yang baik, yang tidak menjadikan seolah-olah universitas itu dikomersialisasi.

Tidak, tetapi itu adalah bagian dari untuk membuat tempat-tempat yang sifatnya dijadikan sebagai tempat magang anak-anak. Contoh punya rumah sakit pendidikan, di situlah nanti calon dokter, nurse, apoteker belajar di situ bersama-sama dalam interprofessional collaboration. Nah, di situ kita punya role model. Artinya apa? Maka si dokter atau calon dokter atau calon nurse yang ada di sana harus tahu mengendalikan rumah sakit itu tidak hanya sekedar membuat orang sembuh, tapi juga bagaimana mengendalikan manajemen rumah sakit. Jangan sampai dia begitu lulus, misalnya, kemudian mengendalikan manajemen rumah sakitnya nggak benar jadi bikin rugi rumah sakit orang.

Nah, gimana caranya kita membuat role model di rumah sakit pendidikan kita bahwa pelayanannya bagus, kemudian juga secara bisnis dia tahu role modelnya gimana dalam bisnis itu. Rumah sakit pendidikan. Kemudian juga kita bisa bikin teaching factory, teaching factory juga sama, dia harus punya impact terhadap pemasukan. Artinya dia harus teaching factory, farm factory segala macam itu harus menunjukkan real bisnis yang sebenarnya untuk mahasiswa. Jadi bisnis yang dipunyai oleh kampus itu adalah sarana mereka untuk magang, bukan sekedar laboratorium buat dia nyoba. Iya, jadi kita mengajarkan satu bisnis yang berbasis keilmuan mereka yang kemudian jadi bayangan nanti saya kalau lulus mau jadi begini. Jadi tugas saya lulus saya akan begini atau profesi saya lulusnya akan begini.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI