Waktu masih kuliah, aku pernah jadi guru. Gara gara bahasa Inggris juga, sih. Karena dulu High Scope baru buka di Indonesia. Mereka mencari guru preschool yang lancar bahasa Inggris. Aku coba ngelamar, dan dapat. Tapi, aku baru kerja 6 bulan, papaku menawarkan pekerjaan PR di Hotel Kristal, karena ada temannya yang kerja di situ dan mereka memang lagi butuh.
![Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika saat ditemui tim Suara.com di Jakarta, Kamis (27/6/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/original/2024/06/28/10961-head-of-group-strategic-marketing-communications-pt-bank-dbs-indonesia-mona-monika-mona-monika.jpg)
Waktu itu aku belum lulus, tapi teman papaku bisa masukin. Cuma, aku tetap harus interview dan tes. Nah kebetulan aku lolos terus, sampai interview ke GM. Dan I got the job. Tapi sumpah penasaran, karena aku tahu saat itu sainganku adalah orang dari psikologi UI yang sudah lulus, sama satu lagi dari mana aku lupa, tapi mereka semua bagus. Aku minder saat itu. Dan pas aku dapat pekerjaannya, aku nanya sama mereka, 'kenapa kamu terima saya?'
Lucunya mereka bilang, 'Because you work with kids, because in the end of the day we all are kids. Jadi kita butuh orang yang sabar, yang manage ini.' Benar, begitu masuk di manajemen, memang semua pada banyak maunya, mengedepankan egonya masing-masing. Jadi kalau enggak punya skill untuk me-manage, enggak punya skill kesabaran, emang enggak bisa. Jadi GM dan wakil GM-nya ini, dua-duanya orang bule, mungkin orang bule cara melihatnya berbeda ya, enggak lihat di atas kertas, mereka lihat kemampuan dan di luar dari kemampuan yang untuk role-nya gitu.
Aku kerja di situ, setahun aku diangkat jadi manager. Punya anak buah yang usianya lebih tua. Tapi nggak lama, karena kemudian aku dapat tawaran kerja di Grand Hyatt Bali. Kemudian aku pindah ke Bali. Tapi kemudian papaku sakit, mamaku nangis-nangis aja. Aku kan anak paling tua, ya, mungkin mamaku sedih nggak ada temannya untuk ngurus papaku. Ya sudah, aku tinggalin kerjaan ini.
Tapi begitu aku balik ke Jakarta, ada teman aku telepon, bilang dia mau keluar dari pekerjaannya di British Council, dan menawarkan pekerjaan itu ke aku. Ya sudah, aku kasih CV, interview sama bosnya, dan saya dapat pekerjaan itu. Dan pas aku kerja di British Council, berapa tahun tahun kemudian papa aku meninggal.
Di British Council aku 6 tahun, dan sangat menarik waktu aku kerja di sana. Aku banyak mengerjakan development work kan di sana. Dan tiba-tiba sekarang nih di DBS Foundation mendapat dana lebih besar dari bank untuk melakukan banyak development work, dan aku sudah tahu cara ngerjainnya. Jadi ini kayak grand design Tuhan. Kalau aku nggak kerja di British Council 6 tahun, aku enggak ngerti sekarang jalanin DBS Foundation ini.
Makanya, jangan pernah menyesali di mana kamu berada saat ini, selama kamu mengerjakannya ikhlas saja gitu, kerja keras, ikhlas saja ikutin.
Apa tugas Anda sebagai seorang Head of Group Strategic Marketing & Communications?
Waktu aku start, kita itu lumayan masih kecil. Jadi kita ngerjain public relation, kita ngerjain marketing communication, jadi non sales marketing, tetapi branding dan marketing communication-nya, terus aku ngerjain CSR-nya, terus sama digital marketing. Tapi sekarang menjadi lebar lagi, karena dengan kemajuan teknologi yang ada, jadi sekarang di tim aku tuh ada marketing and branding, data digital dan content, terus ada digital marketing, terus ada content creative team. Nah, terus ada yang namanya DBS Foundation sekarang. Pekerjaannya sudah bukan cuma menumbuhkembangkan wirausaha sosial, tapi sudah lumayan banyak. Nah, terus ada internal communication, terus ada external communication.
Beberapa waktu lalu, DBS Indonesia bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional menyuarakan kampanye Live more, Waste Water & Food less. Bisa dijelaskan latar belakang dari kampanye tersebut?
Baca Juga: Sosok Prof. Budi Santoso, Dekan FK Unair Berprestasi Dipecat Buntut Penolakan Dokter Asing?
Kita punya new vision dulu itu pengen jadi best bank in the world. Nah kenapa kita ingin jadi best bank in the world, karena kita kan regional bank, jadi kan Asia sebenarnya, bank regional, bukan kayak bank lain yang memang global bank gitu. Tapi walaupun kita regional bank, cuma ambisi kita, mau diakui secara worldwide. Nah, karena itu kita punya banyak improvement untuk mencapai ambisi tersebut. Tercapai. 3 kali sudah kita dinobatkan best bank in the world.