Pas dapat tawaran agen ke Indonesia, saya sampai kaget juga tidak pernah dengar Indonesia. Apalagi sepak bola Indonesia saat itu belum populer seperti Liga Jepang, Australia atau Korea.
Ya saya kaget, sampai saya cari di atlas kan, greografi Indonesia letaknya di mana karena penasaran juga. Tapi saya memang suka sesuatu yang baru dan tantangan baru bermain di luar negeri, akhirnya berangkat ke Indonesia.
Apa yang Anda rasakan ketika pertama kali tiba di Indonesia?
Awal datang yang bikin kaget itu cuaca ya. Menang kita (di Brasil) sama-sama tropis. Tapi di sini beda, saat itu habis hujan terus panas. Jadi hawa panasnya naik semua sampai nempel di kulit.
Kemudian dari segi makanan ya, terutama itu untuk adaptasi saya rasa nggak terlalu sulit. Karena bahan-bahan yang biasa yang dipakai di sini juga sama, untuk seharian yang makan bagi, yang malam ya, di kita juga pakai (di Brasil).
Lalu ketika tiba di Petrokima, apa yang Anda rasakan saat itu?
Pastinya yang sedikit kaget dari segi waktu latihan ya. Biasanya di brasil itu mulai jam 9 pagi, di sini jam 7 pagi sudah latihan. Istilahnya masih waktu tidur, kita sudah harus siap untuk berlatih.
Kalau latihan jam segitu dan sampai sekarang, saya pasti tidak sarapan. Jadi latihan dalam kondisi puasa ya sebuah tantangan awal dari siti.
Kalau dari segi latihan sama-sama keraslah, termasuk dari segi fisik juga. Tapi berbedaan di sini waktu itu soal kinerja pengadil lapangan ya. Misal kalau main di luar (tandang) sangat sulitlaha.
Baca Juga: BRI Liga 1: Dewa United Ingin Lengserkan Persebaya dari Peringkat Kedua
Hal-hal yang seharusnya dapat kartu kuning atau merah masih dibiarkan oleh wasit, tapi bagi saya bodoh amat lah waktu itu ingin berprestasi di sini dan punya karir panjang ya tentu harus beradaptasi.
Karena fisik saya sudah terbentuk dari awal, jadi tidak berpengaruh di pertandingan misal ketemu lawan yang keras saya bisa unggul.

Melihat atmosfer sepak bola Indonesia saat itu?
Luar biasa! Hampir sama seperti di Brasil, benar-benar orang menyukai dan fanatik sampai saya dengar teman-teman meningglakan pekerjaan untuk nonton sepak bola. Dukungan luar biasa dan tekanan pun ke lawan itu luar biasa dan lebih besar dari negara saya. 90 menit itu (tekanan suporter lawan) itu masuk di otak kita dan mengganggu kita.
Jadi bagi saya saat itu yang utama bisa mengontrol emosi dan cuek saya. Karena bagi saya waktu itu penting di dalam kapangan tugas kita masing-masing,di luar itu nggak usah terlalu tanggapi. Kalau ditanggapi mental akan terganggu, termasuk fisik dan teknik nggak keluar.
Setelah dari Petrokimia, dibawa Jacksen F Tiago pindah ke tim besar Persebaya?