Suara.com - Dunia usaha dan sektor industri saat ini menghadapi tantangan yang kian kompleks dan multidimensi. Di tengah gejolak geopolitik global, perubahan kebijakan moneter internasional, serta ketidakpastian ekonomi dalam negeri, pelaku usaha dituntut semakin adaptif, inovatif, dan resilien.
Tekanan biaya produksi, fluktuasi nilai tukar, hingga perubahan preferensi konsumen menambah beban yang harus dihadapi oleh pengusaha dari berbagai sektor.
Bahkan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai lini industri menjadi salah satu tantangan serius.
Kondisi ini tak terlepas dari terjadinya pelemahan daya beli masyarakat, penurunan permintaan ekspor, dan efisiensi operasional membuat banyak perusahaan terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerja.
Lantas bagaimana pengusaha menyikapi kondisi yang kompleks seperti yang terjadi saat ini? Suara.com berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Bara Ning Wahyu Astutik menyoroti dinamika iklim usaha, dampak kebijakan global, hingga strategi menghadapi tantangan industri di masa depan, berikut petikannya.
Ibu Ning, dengan berbagai gejolak dan ketidakpastian ekonomi global saat ini, bagaimana tantangan utama yang sedang dihadapi para pengusaha, khususnya di Jawa Barat?
Kalau kita bicara tantangan industri, ya kita tahu lah sekarang sedang ada pembahasan tentang tarif, melemahnya daya beli masyarakat, dan situasi global yang kurang kondusif. Jadi, ya, itu semua adalah tantangan yang sedang dihadapi para pengusaha.
Banyak negara sedang gempar dengan isu tarif resiprokal dari Amerika Serikat. Jika kebijakan ini diberlakukan, apa saja dampaknya bagi industri di Indonesia, khususnya di Jawa Barat?
Kalau sekarang memang belum ya, belum ada keputusannya. Tapi kami sebagai pengusaha masih wait and see sampai nanti ada keputusan yang jelas.
Baca Juga: OJK: Karyawan Perbankan yang Kena PHK Sudah Dapat Kompensasi yang Sesuai
Tadi kita bicara tantangan secara nasional. Nah, untuk pengusaha di daerah Jawa Barat sendiri, apa saja tantangan spesifik yang mereka hadapi?
Jadi gini ya, upah tentu saja itu salah satu yang menjadi pertimbangan utama dari pengusaha atau calon investor. Tetapi, bagusnya di Jawa Barat itu kan terdiri dari 27 kota dan kabupaten.
Sehingga, kalau misalnya industri yang padat modal itu masih bisa bersaing, misalnya mereka ada di daerah dengan upah yang lumayan tinggi karena di situ juga infrastrukturnya sudah terbangun.
Namun, kalau misalnya mereka itu industri padat karya, mereka tidak akan bisa bersaing di satu daerah ini. Mereka akan mencari di daerah yang lebih kompetitif.
Selain upah, infrastruktur juga sangat penting. Apalagi kalau perusahaan ekspor, mereka butuh adanya jalan tol supaya cepat sampai di Tanjung Priok, contohnya seperti itu. Sehingga, mereka juga harus diarahkan di daerah di mana infrastrukturnya cukup memenuhi syarat.
Jadi, ada banyak aspek sebenarnya yang menjadi pertimbangan dari seorang calon investor di Jawa Barat.