Harga Pertalite Diupayakan Sama dengan Premium?

Ardi Mandiri Suara.Com
Rabu, 22 April 2015 | 05:47 WIB
Harga Pertalite Diupayakan Sama dengan Premium?
Pertalite Pengganti Premium
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bahan bakar minyak varian baru, pertalite, masih dikaji kemungkinan untuk menggantikan premium. Ini yang perlu dipahami masyarakat karena kabar yang tersebar mengenai hal itu masih membingungkan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarmo mengatakan bahwa pemerintah masih mengkaji penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite untuk menggantikan premium. "Memang, Pertamina mempunyai produk baru yang namanya pertalite. itu Ron90, kalau premium Ron88. Jadi, pemikiran ke depannya, kalau kita mau lebih ramah lingkungan, tentunya ke sana (menggunakan pertalite, red.)," kata Rini di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (21/4/2015).

Akan tetapi, kata dia, pemerintah menyadari bahwa premium atau Ron88 secara harga pada saat sekarang masih yang terendah. "Jadi, tentunya kita tidak mau menghapuskan itu (premium, red.) dahulu," katanya.

Jika akhirnya harga Ron90 bisa sama dengan Ron88, kata dia, premium kemungkinan lama-lama akan hilang.

Menurut dia, hal itu disebabkan pertalite atau Ron90 secara lingkungan lebih bagus.

Kendati demikian, Rini mengatakan yang harus dijaga adalah jangan sampai membebani konsumen. "Jadi, kalau harga premium masih lebih rendah, saat sekarang, ya, premium harus tetap ada," tandasnya.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas menyebutkan BBM jenis Ron88 atau premium tidak akan diganti dengan BBM jenis pertalite. "Sesuai dengan kebijakan pemerintah, premium tetap seperti sekarang. Tidak ditarik atau diganti pertalite. Produk ini hanya varian baru dari Pertamina," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (20/4).

Ia menjelaskan jika pertalite telah lolos uji, akan menjadi pilihan tambahan untuk jenis BBM mayoritas yang digunakan masyarakat seperti premium atau pertamax.

Terkait dengan izin untuk pertalite, menurut dia, proses perizinan tidak akan memakan waktu lama karena bukan sebuah produk yang benar-benar baru. "Karena ini produk varian, jadi Pertamina tetap harus mengajukan izin. Akan tetapi, tidak lama, mungkin sekitar satu minggu, maksimum 10 hari. Ini hanya tambahan, bukan izin baru," ujarnya.

Sementara itu, PT Pertamina melalui Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro mengatakan bahwa BBM varian terbaru yang akan diluncurkan bukan ditujukan sebagai pengganti Ron88 atau premium. "Saya tegaskan, dalam tahap awal ini peluncuran varian baru ini tidak serta-merta menghapus premium. Jadi, itu masih ada, tinggal lihat konsumsinya terbanyak di mana," kata Wianda dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (17/4).

Menurut dia, setelah peluncuran BBM baru tersebut, Pertamina akan meninjau seberapa besar konsumsi terhadap premium, termasuk menentukan sektor pengguna terbesar.

"Mengingat konsumen terbesar premium adalah angkutan umum dan transportasi massal, Pertamina akan melakukan review dan memasarkan BBM baru tersebut dalam jumlah yang meningkat dengan memperhitungkan 'supply and demand'," katanya.

Menunggu Hasil Kajian Sebelumnya, Menteri Energi Ssumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan bahwa pemerintah sedang mengkaji hal tersebut bersama Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). "Jadi, kita tunggu saja bagaimana hasil kajian itu," kata Sudirman di Jakarta.

Menurut dia, pemerintah akan menempuh kebijakan terbaik di bidang migas. "Tentu saja kita laksanakan yang terbaik, apalagi kalau bikin energi kita semakin bersih, dan itu sejalan dengan rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas," katanya.

Ia menyebutkan ada dua pertimbangan usul rencana penghapusan premium. Pertama, premium di banyak negara sudah tidak digunakan; kedua, premium itu dalam prioritas pengadaannya membuat Pertamina bergantung pada tender di luar karena harus di-"blending" di luar negeri. "Nah, dengan perpindahan jenis BBM ini ke yang baru, sepenuhnya akan menggunakan kapasitas nasional sehingga secara 'government', tata kelolanya akan lebih baik," katanya.

Sudirman menyebutkan premium akan diganti dengan produk antara bernama pertalite yang lebih bersih dan tidak disubsidi harganya.

Pertamina akan meluncurkan BBM jenis baru dengan kisaran angka oktan antara 88 dan 92 pada bulan Mei 2015.

Untuk itu, saat ini Pertamina sedang menyiapkan BBM varian terbaru tersebut, yang memiliki kualitas di atas Ron88 (bensin kelas premium). "Ini adalah 'brand extension' dari Pertamina. Kami keluarkan produk baru ini untuk memberikan pilihan yang lebih beragam kepada masyarakat," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro di Jakarta.

Dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina tersebut, dia menjelaskan produk BBM baru itu memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada Ron88, tetapi di bawah Ron92 (pertamax).

Saat ini Pertamina sedang melakukan persiapan peluncuran resmi dan memetakan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) sebagai lokasi distribusi awal produk tersebut. "Sebagai tahap awal, varian BBM baru ini akan tersedia di SPBU Pertamina di wilayah DKI Jakarta. Kami harap semoga bisa diterima oleh masyarakat," ujarnya.

Namun, dia enggan menyebutkan harga jual BBM varian itu dengan alasan masih dalam tahap penghitungan oleh Pertamina. "Ada dua reposisi yang kami tawarkan. Pertama, performa yang ditawarkan lebih baik daripada Ron88. Dari segi harga akan lebih ekonomis ketimbang Ron92," kata Wianda.

Menurut dia, BBM varian baru tersebut memiliki spek yang bagus dan lebih bersih dengan harga yang lebih murah.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa penghapusan BBM jenis premium yang kemudian dialihkan ke pertalite merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas bahan bakar. "Premium itu masih RON 88, maka harus ditingkatkan, itu berguna untuk memperbaiki kelancaran kendaraan karena premium oktannya tinggi," kata Wapres di Jakarta.

Karena kualitasnya lebih baik daripada premium, kata Wapres, otomatis pertalite harganya juga lebih tinggi. "Pertalite tidak akan diberi subsidi. Namun, harga yang dipatok akan berada di bawah harga BBM jenis pertamax. Harga pertalite dengan RON 90 di kisaran Rp8.000,00--Rp8.300,00 per liter, atau di bawah pertamax yang saat ini di kisaran Rp8.600,00/liter," kata Wapres.

Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan bahwa pihaknya telah memberi "lampu hijau" atau izin kepada PT Pertamina (Persero) untuk meluncurkan varian baru BBM pengganti premium bernama pertalite.

Menurut Sudirman, peluncuran pertalite untuk menghapus secara bertahap peredaran premium di tengah masyarakat. Produk premium memiliki fitur yang tidak ramah lingkungan dan kerap menimbulkan kecurigaan karena spesifikasinya sudah tidak ada di pasar internasional.

Sosialisasi Menyeluruh Pakar energi dari Universitas Gadjah Mada Deendarlianto mengatakan bahwa rencana pemerintah menghapus BBM bersubsidi jenis premium perlu didahului dengan sosialisasi yang menyeluruh di tengah masyarakat. "Kalau akhirnya rencana itu direalisasikan, tentu tidak bisa tiba-tiba," katanya di Yogyakarta.

Menurut dia, rencana pemerintah menghapus premium dengan kadar oktan RON 88 menjadi RON 92, selain mempertimbangkan kesiapan masyarakat, juga perlu mempertimbangkan dampak penjualan di SPBU.

Selain itu, kata dia, perubahan RON 88 menjadi RON 92 juga lebih mempertimbangkan aspek peningkatan kualitas BBM serta dampaknya bagi mesin dan lingkungan dibanding kepentingan bisnis. "Paling penting bisa ramah lingkungan dan mesin, bukan semata-mata bertujuan menghilangkan kartel migas," kata dia.

Menurut Deendar, saat ini memang sudah saatnya kualitas BBM di Indonesia ditingkatkan. Saat ini standar BBM Indonesia masih berkutat pada level euro 2. Padahal euro 2 telah lama ditinggalkan Eropa sejak 14 tahun lalu, dan telah beranjak dengan standar euro 5.

"Saya memang lebih setuju kualitasnya ditingkatkan mengikuti standar internasional, setidaknya bisa naik ke euro 3 atau 4," katanya.

Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi telah memberikan rekomendasi terkait formula harga BBM bersubsidi tanpa skema RON 88, seperti saat ini, dan digantikan RON 92 atau dikenal dengan sebutan pertamax dari Pertamina. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI