Menperin: Investasi Jerman di Indonesia Rp325 Miliar di Q1 2016

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 19 Mei 2016 | 10:58 WIB
Menperin: Investasi Jerman di Indonesia Rp325 Miliar di Q1 2016
Gedung Kementerian Perindustrian, di Jalan Jenderal Gatot Soebroto, Sabtu (14/5/2016). [Suaracom/Adhitya Himawan]

Hubungan diplomatik dan kerja sama ekonomi Indonesia-Jerman semakin erat dengan membangun peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) industri khususnya pada pendidikan vokasi.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Saleh Husin usai melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Ekonomi dan Energi Republik Federasi Jerman, Uwe Beckmeyer bersama Delegasi Bisnis Jerman di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu, (18/5/2016).

“Kita tentunya sama-sama berharap bahwa hubungan bilateral yang telah berjalan baik selama lebih dari 60 tahun ini dapat terus berlanjut. Upaya kerjasama ini sebagai tindak lanjut kunjungan Kenegaraan Presiden Jokowi ke Berlin pada tanggal 18 April 2016,” ujar Saleh dalam keterangan resmi, Rabu (18/5/2016).

Dalam pelaksanaannya, kerja sama pendidikan vokasi antara Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah Jerman dipayungi dalam kerangka kerja sama Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training (SED-TVET) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia dan tingkat serapan lulusan pada sektor industri.

“Selama tahun 2010 – 2015, program SED-TVET di Indonesia di koordinasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, aktivitas utama dalam kerangka kerja sama SED-TVET antara Kemenperin RI dengan GIZ Jerman adalah pengembangan kelembagaan pendidikan vokasi industri dari aspek manajemen, pengembangan SDM dan dukungan sarana prasarana,” papar Saleh.

Adapun institusi pendidikan Kemenperin yang mendapat dukungan melalui kerja sama tersebut, meliputi 4 Perguruan Tinggi Vokasi (Politeknik STTT Bandung, Politeknik AKA Bogor, Politeknik ATK Yogyakarta, dan Politeknik ATI Makassar) serta 4 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK-SMAK Bogor, SMK-SMTI Pontianak, SMK-SMAK Makassar, dan SMK-SMTI Makassar).

Implementasi program SED-TVET di Kemenperin, antara lain penyusunan School Development Plan (SDP) sebagai instrumen perencanaan dan monitoring pengembangan lembaga pendidikan vokasi yang efektif dan efisien, pelaksanaan Teaching Factory sebagai konsep pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai persiapan percepatan transisi ke dunia kerja, serta fasilitasi dalam penyusunan aspek hukum implementasi pengelolaan Teaching Factory pada Lembaga Pendidikan.

Selanjutnya, penyediaan tenaga ahli (expert) dari Jerman untuk membantu pengembangan pendidikan vokasi Kemenperin seperti penempatan satu orang expert di Politeknik AKA Bogor, yang dilaksanakan pada awal tahun 2016. Selain itu, pengadaan peralatan pendidikan industri dalam bentuk pinjaman untuk pengembangan Teaching Factory pada lembaga pendidikan vokasi senilai Rp. 75 miliar.

Wakil Menteri Ekonomi dan Energi Jerman, Uwe Beckmeyer mengatakan pihaknya ingin meningkatkan kerja sama ekonomi yang sudah erat selama ini. Apalagi perusahaan-perusahaan Jerman dikenal fokus pada pengembangan riset, selain itu juga didukung aktivitas pendidikan sains dan teknologi.

“Dalam pengembangan vokasi, melalui kerja sama kami berharap semakin banyak sekolah dan tenaga pendidik vokasi dengan mengirim pengajar vokasi Indonesia ke Jerman atau mengundang tenaga ahli vokasi dari Jerman,” ujarnya.

Investasi Jerman di Indonesia Terus Meningkat

Selama tiga tahun terakhir, proyek investasi Jerman ke Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2013 sebanyak 105 proyek dengan nilai investasi mencapai 53,3 juta Dolar Amerika Serikat (AS), tahun 2014 sebanyak 144 proyek senilai 50,1 juta Dolar AS, dan tahun 2015 tercatat 169 proyek senilai 57 juta Dolar AS atau setara Rp 750 miliar dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS Rp 13.200.

“Pada triwulan I tahun 2016, sebanyak 29 proyek dengan nilai investasi sebesar 24,6 juta Dolar AS. Ini sekitar Rp 325 miliar,” sebut pria yang juga Politisi Hanura tersebut.

Aliran investasi Jerman di Indonesia untuk sektor industri meliputi Industri Alat Angkutan dan Transportasi; Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik; Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi; Industri Tekstil; Industri Makanan; Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu; Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik; Industri Mineral Non Logam; serta industri lainnya.

“Beberapa tahun terakhir, perusahaan Jerman yang aktif dalam berinvestasi di Indonesia adalah Heidelberg Cement, Fresenius, Airbus dan Rheinmetall,” ujar Saleh seraya mengatakan Indonesia merupakan mitra dagang ke-43 Jerman. Di samping itu, Siemens berencana berinvestasi di bidang lokomotif kereta api dengan teknologi AC/AC yang memiliki keunggulan mesin yang kuat, perawatan yang lebih simple, irit bahan bakar dan emisi gas buang yang rendah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI