Suara.com - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kepada para pelaku financial technology atau fintech menghindari kejahatan siber. Sebab, industri fintech sangat kental dengan risiko kejahatan siber yang justru merugikan masyarakat.
"Antara lain, risiko kejahatan cyber, misinformasi, dan transaksi error, serta penyalahgunaan data pribadi. Apalagi, regulasi nonkeuangan perbankan tidak seketat regulasi perbankan," ujar Jokowi dalam membuka sebuah diskusi secara virtual, Rabu (11/11/2020).
Dengan begitu, Jokowi meminta agar pelaku fintech harus memperkuat tata kelola yang lebih baik dan akuntabel. Serta, bisa memitigasi berbagai risiko yang muncul.
"Dengan cara ini, saya berharap industri fintech dapat memberikan layanan yang aman bagi masyarakat serta memberi kontribusi besar bagi pengembangan UMKM dan perekonomian nasional," ucapnya.
Sebelumnya, Jokowi menyatakan masih banyak pekerjaan rumah atau PR dalam mengembangkan financial technology atau fintech.
Meskipun, fintech sektor jasa keungan di Indonesia terus berkembang, tapi menurut Jokowi, Indonesia banyak tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara.
Misalnya, kata Jokowi, dari sisi tingkat pengguna jasa keuangan atau inklusi keuangan Indonesia masih di bawah Singapura hingga Malaysia.
"Indeks inklusi keuangan kita 76 persen. Lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain di ASEAN, misalnya Singapura 98 persen, Malaysia 85 persen, Thailand 82 persen. Sekali lagi kita masih berada di angka 76 persen. Tingkat literasi keuangan digital kita juga masih rendah, baru sekitar 35,5 persen," kata Jokowi.
Maka dari itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengingatkan agar fintech tak hanya menyalurkan pinjaman, menyediakan jasa keuangan, ataupun mencari untung saja.
Baca Juga: Jokowi: Fintech Jangan Cuma Cari Untung, Tapi Beri Edukasi Keuangan
Jokowi menginginkan, para fintech juga bisa mengedukasi soal jasa keuangan digital, sehingga makin banyak masyarakat yang paham.
"Saya harapkan para inovator fintech tidak hanya sebagai penyalur pinjaman, dan pembayaran online saja. Tetapi juga sebagai penggerak utama literasi keuangan digital bagi masyarakat," jelas dia.