Industri Biodiesel Bantu Ekonomi Negara di Tengah Pandemi

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 01 Desember 2020 | 09:26 WIB
Industri Biodiesel Bantu Ekonomi Negara di Tengah Pandemi
Bahan bakar biodiesel, sebagai ilustrasi [Shutterstock].

Suara.com - Industri biodiesel mendukung program energi hijau yang dicanangkan pemerintah melalui pencampuran biodiesel dengan bahan bakar fosil. Komitmen ketahanan energi ini merupakan dukungan bagi pemerintah yang sedang berjibaku menjaga stabilitas ekonomi bangsa.

“Untuk mendukung program B30, saat ini program terbesar di dunia, produsen biodiesel telah merencanakan penambahan kapasitas produksi. Namun, pandemi Covid-19 mengakibatkan rencana penambahan produksi ditunda,” ujar MP Tumanggor, Ketua Umum Asoasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) dalam keterangannya, Selasa (1/12/2020).

Tumanggor menjelaskan, penambahan kapasitas produksi mundur pelaksanaannya hingga tahun 2021 dan 2022 setelah adanya penyesuaian kondisi pandemi covid-19.

Pada 2020, direncanakan ada penambahan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta KL menjadi mundur ke tahun 2021 3,4 juta KL.

Menurutnya, kelanjutan program B30 di tahun 2020 dapat berjalan optimal dengan dukungan ketersediaan pasokan bahan baku dan kelancaran kegiatan transportasi logistik. Memang ada kendala tapi dapat teratasi dengan baik.

Hal ini terlihat dari data APROBI bahwa produksi dari Januari sampai Oktober 2020 sebesar 7,197 juta Kl. Dari jumlah ini, penyaluran domestik sebesar 7,076 juta Kl dan ekspor sebesar 16.331 Kl.

Paulus Tjakrawan, Ketua Harian APROBI menyebutkan, bahwa implementasi B30 merupakan upaya memenuhi komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26% dari BAU (Business As Usual) pada 2020 dan pengurangan emisi 29% pada tahun 2030.

“Kontribusi B30 berdampak positif bagi pengurangan emisi gas rumah kaca, tahun ini diproyeksikan 26 juta ton CO2 ekuivalen, atau 68 persen dari target pengurangan emisi di sektor energi dan transportasi tahun 2020. Sedangkan untuk target pengurangan emisi 2030 pada sektor energi program biodiesel saat ini telah berkontribusi 8,82%,” imbuh Paulus.

Dari aspek ekonomi, dikatakan Paulus, tenaga kerja sektor hulu yang terserap sebanyak 1,2 juta, penyerapan biodiesel di dalam negeri menjaga keseimbangan suplai dan permintaan kelapa sawit. Selain itu, harga TBS petani juga stabil mengikuti pergerakan harga CPO.

Baca Juga: Pemerintah Kembangkan Biodiesel dari Sawit, Ini Sederet Efek Negatifnya

“Tanpa didukung program B30, harga TBS petani bisa tertekan di tengah pelemahan ekonomi dunia,” ujarnya.

Selain itu, program hilirisasi sawit juga bergerak untuk meningkatkan nilai tambah. Dijelaskan Paulus, implementasi biodiesel mampu menggerakkan hilirisasi sawit sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo. Kini, Indonesia tidak lagi dikenal sebagai pemain di sektor hulu melainkan sudah membangun kekuatan hilir.

Paulus menyebutkan pencampuran biodiesel dengan solar mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Impor solar dapat terus berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelum B30 berjalan.

Dampak positifnya adalah defisit neraca dagang dapat berkurang. Implementasi B30 membuat Indonesia menghemat devisa dari impor migas hingga 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 70 triliun (kurs Rp 14.000)

Saat ini, Kementerian ESDM RI berencana untuk dapat meningkatkan lagi pencampuran kadar biodiesel menjadi B40. Kegiatan penelitian uji coba seperti uji kinerja dan uji jalan yang akan di laksanakan pada tahun 2021 mendatang.

Biasanya, dari pengalaman lalu pada uji coba sebelumnya yang membutuhkan waktu sampai 7 hingga 9 bulan lamanya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI