Agung Wedha, inisiator Petani Muda Keren (PMK) menambahkan bahwa melalui penggunaan aplikasi teknologi informasi dan penggunaan alat IoT petani jadi lebih termotivasi untuk bertani karena mengetahui sistem pemasaran yang lebih adil dan menghasilkan bahan pangan sehat yang berkualitas dan harganya memiliki daya tawar yang tinggi.
Pada kesempatan terpisah, Pgs. Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI, I Nyoman Setiawan menyampaikan, smartfarming adalah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artificial intelligence, robot, internet of things, drone, blockchain dan big data analitik untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.
Penggunaan teknologi industri 4.0 mutlak diperlukan untuk kondisi saat ini, karena sudah menjadi tuntutan objektif yang harus dilakukan petani agar tidak terjebak pada pola dan cara-cara lama yang kurang produktif sehingga mengebiri produktivitas pertanian nasional.
Penerapan aplikasi dan teknologi pertanian menjadi sangat penting karena selain pendataan, juga dapat menghubungkan antara petani dengan mitra lainnya, antara lain offtaker, koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BumDes). Digitalisasi sistem pertanian di Indonesia memang sangat menguntungkan bagi semua pihak, terlebih lagi bila didukung oleh semua pihak tidak hanya petani, tetapi juga para stakeholder terkait.
Harapannya, sektor pertanian dapat bergerak lebih optimal melalui KUR sektor pertanian secara masif mampu memenuhi swasembada pangan. Hal ini terlihat dari realisasi KUR BNI di sektor pertanian yang telah disalurkan selama tahun 2021 hingga bulan Mei sebesar Rp3,2 triliun serta menyentuh 78 ribu penerima KUR di seluruh Indonesia. Walhasil nantinya akan mendorong perwujudan kemandirian dan kedaulatan pangan dalam negeri walau di tengah deraan wabah pandemi Covid-19.