Dalam hal ini, ia juga mengapresiasi sikap Polres Bolaang Mongondow yang telah meminta warga masyarakat tidak membawa senjata apapun ketika melakukan aksi penghentian PETI tersebut.
"Saat insiden tersebut Polres Bolaang Mongondow bahkan telah mengawal, namun yang terjadi justru preman-preman tersebut yang menyerang dengan berbagai macam senjata bahkan dengan senjata api dengan kaliber yang besar sehingga mampu mematikan," tegas Jefri.
Sangadi atau Kepala Desa Toruakat, Tommy Mokobela membeberkan kejadian bentrok tersebut. Dia menjelaskan, aksi itu murni kehendak masyarakat mematok batas tanah. Alasannya, karena selama dua tahun terakhir masyarakat gelisah terhadap aktivitas perusahaan tambang emas ilegal tersebut masuk ke wilayah perkebunan milik warga.
"Kalau untuk di Desa Toruakat tidak ada pihak luar yang terkait. Memang murni masyarakat Toruakat yang naik ke lokasi itu. Tempatnya diseputaran wilayah perkebunan Bolingongot yang dikelola oleh BDL sekarang ini. Kejadian sekitar pukul 14.00," ujar Tommy Mokobela.
Begitu pula sebelum warga berangkat menuju lokasi, pihaknya bersama anggota Badan Permusyawarahan Desa (BPD) dan Kepolisian Resor (Polres) Bolaang Mongondow juga bintara pembina desa (Babinsa) serta masyarakat bertemu untuk dijelaskan bahwa aksi tersebut damai.
"Jadi kronologisnya masyarakat naik menuju lokasi itu pada 23 (September) itu masyarakat dan BPD mengundang saya untuk mengadakan rapat tanggal 23 September. Dalam keputusan rapat itu masyarakat akan menduduki lokasi perkebunan Bolingongot yang ada di sekitaran BDL kemudian masyarakat langsung membuat tapal batas di sana, itu hasil kesimpulan rapat pada tanggal 23 September," jelas Tommy.
Namun menurutnya, ketika masyarakat selesai melakukan pematokan batas wilayah perkebunan Bolingongot dengan perkebunan Mapait tersebut, tiba-tiba penjaga BDL langsung menyerang masyarakat hingga menyebabkan satu orang tewas.
"Ketika selesai masyarakat memasang patok, kemudian setelah memasang patok tiba-tiba preman penjagaan BDL ini langsung menyerang masyarakat," ujar Tommy.
"Yang meninggal penyebabnya kena tembakan senjata angin diduga senjata angin yang kaliber besar. Yang meninggal bernama Armanto Damopolii umur 41 tahun," sambungnya.
Baca Juga: JATAM Gugat Menteri ESDM, Tuntut Data Evaluasi Kinerja 5 Perusahaan Tambang di Kalimantan
Pengamat sosial dan hukum nasional Rudi S Kamri membuat materi khusus yang menampilkan wawancara dirinya dengan tokoh LSM Sulut Jefri Massie yang ditayangkan di chanel youtubenya 'Kanal Anak Bangsa' yang viral itu.