Matthew Halliday, Direktur eksekutif Ampol, mengatakan mereka baru-baru ini mengaji kembali kebijakaan terkait SPBU dan keberadaan mobil listrik.
"Sejak pertengahan tahun lalu, kami mulai serius memfokuskan diri pada masalah kehadiran mobil listrik," katanya.
"Jelas sekali BBM akan semakin kurang diperlukan. Kami ingin memposisikan bisnis kami untuk berperan dalam mengubah aset, sehingga bisa tetap mendistribusikan energi ke pelanggan di masa depan."
Jadi apa solusinya?
Ampol berencana SPBU-nya di seluruh Australia akan menjadi tempat untuk pengisian listrik bagi mobil listrik, sambil juga menjual bahan bakar hidrogen, menjual barang keperluan sehari-hari, kafe dan restoran, serta untuk mendistribusikan produk-produk yang tersedia online.
Bulan Juli lalu, Ampol mengumumkan akan memasang 400 fasilitas 'charger' cepat di 121 SPBU, sebagai bagian dari persetujuan pendanaan sebesar Rp70 miliar dengan Badan Energi Terbarukan Australia.
SPBU di pusat-pusat kota yang padat penduduk atau berada di jalur sibuk mungkin yang paling bisa bertahan karena bisa menyediakan fasilitas 'charger'.
Sementara SPBU di pinggiran kota akan harus bersaing dengan warga yang melakukan pengisian listrik di rumah sendiri.
SPBU yang juga berfungsi sebagai toko yang menjual kebutuhan sehari-hari sebenarnya sudah menjadi tren sejak tahun 1990-an.
Baca Juga: GAC Luncurkan Mobil Listrik yang Bisa Tempuh Jarak di atas 1000 Km
Jadi akan berapa banyak SPBU yang akan berubah fungsinya dalam 20 tahun mendatang?