Suara.com - Kenaikan harga minyak goreng yang belakangan mulai terjadi diprediksi terus berlanjut hingga tahun depan.
Hal ini disebabkan oleh turunnya produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di sejumlah negara pemasok jelang tahun baru.
Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan, harga minyak goreng curah dan kemasan sederhana di tengah masyarakat sudah berada di atas Rp17.500 hingga awal pekan ini.
“Kenaikan harga ini berpotensi terus bergerak bahkan kita sudah prediksi hingga kuartal pertama 2022 pun masih terus meningkat karena termasuk komoditas yang supercycle,” kata Oke dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022 yang digelar Indef, Rabu (24/11/2021) lalu.
Lebih jauh, ia menyebut, potensi kenaikan harga minyak goreng di Indonesia turut terdampak industri hilir CPO yang masih belum terintegrasi dengan kebun sawit.
Akibatnya, produsen minyak goreng terlanjur membeli CPO yang sudah mengalami kenaikan harga di pasar dunia.
“Kalau kita bicara HET memang sebesar Rp11.000 saat penyusunan HET itu harga CPO ada di kisaran US$500 hingga US$600 per metrik ton, saat ini harga CPO mencapai US$1.365 per ton itu langsung berpengaruh pada entitas produsen minyak goreng di kita,” kata dia.
Untuk informasi, produsen minyak goreng dalam negeri bekerja sama dengan pelaku usaha ritel guna mengalokasikan minyak goreng kemasan sederhana dengan harga Rp14.000 kala momen pergantian tahun.
Tak tanggung-tanggung, total alokasi minyak goreng murah itu mencapai 11 juta liter yang didistribusikan ke setiap gerai ritel modern secara nasional.
Baca Juga: PNS Dilarang Cuti dan Bepergian Selama Libur Nataru, Jika Nekat Ini Sanksinya
Berkaitan dengan ini, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengaku, opsi ini diambil guna menekan harga minyak goreng yang naik.