Suara.com - Menteri Perdagangan Indonesia Muhammad Lutfi mengatakan harga minyak goreng akan stabil segera setelah program distribusi minyak kebutuhan pokok masyarakat ini sudah mencapai lebih dari 10 ribu lokasi.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersinergi dengan pelaku usaha minyak goreng (migor) meluncurkan program Migor Rakyat.
Program yang diluncurkan pada Selasa (17/5) ini bertujuan agar penjualan minyak goreng curah dengan harga Rp14.000 per liter dapat tepat sasaran, yaitu untuk masyarakat berpendapatan rendah.
Menurut Mendag, program tersebut sudah mencapai 1200 lokasi pada hari Rabu dan diperkirakan akan mencapai 2500 lokasi di akhir pekan.
Sejak tanggal 28 April Indonesia menghentikan ekspor minyak sawit mentah dan olahannya dengan harapan bahwa pasar di dalam negeri akan dibanjiri dengan minyak goreng lokal sehingga harga akan turun.
Menurut Muhammad Lutfi, terjangkaunya harga minyak goreng di dalam negeri akan menjadi alasan utama bagi dihentikannya larangan ekspor.
"Mudah-mudahan dengan mencapai 10 ribu lokasi di seluruh Indonesia secepat-cepatnya kita akan bisa menstabilkan harga minyak dengan harga terjangkau dan tersedia di seluruh Indonesia," kata Muhammad Lutfi, sambil menambahkan bahwa banyak lokasi yang mewakili sekitar 60-70 persen dari pasar di Indonesia.
"Kita berharap akan mencapai stabilitas segera dan baru setelah itu kita membicarakan kemungkinan pencabutan larangan ekspor," katanya.
Pemerintah mengatakan larangan ekspor baru akan dicabut bila harga minyak goreng di pasaran mencapai Rp14 ribu per liter secara nasional.
Baca Juga: Alasan Mendag Tidak Kunjung Cabut Larangan Ekspor CPO, Demi Harga Minyak Goreng Stabil
Sampai hari Selasa, menurut data yang dikumpulkan kementerian, harga rata-rata masih Rp17.200 per liter.
Indonesia adalah negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia dan keputusan menghentikan ekspor sudah mengejutkan dunia yang sudah mengalami masalah kekurangan pasok minyak bunga matahari karena perang di Ukraina.
Petani sawit melakukan protes
Hari Selasa, ratusan petani sawit melakukan unjuk rasa di Jakarta mendesak agar larangan ekspor dicabut karena pabrik pengilangan sekarang sudah penuh sehingga petani susah menjual tandan buah segar ke pabrik.
"Petani Malaysia sekarang tersenyum lebar, Petani Indonesia menderita," demikian tulisan di salah satu selebaran protes di saat ratusan petani berjalan mendampingi sebuah truk yang diisi dengan tandan sawit segar.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengatakan sejak larangan ekspor diberlakukan, harga tanda buah sawit sudah turun 70% di bawah harga yang terendah yang ditetapkan di masing-masing daerah.
Petani sawit perorangan tidak dilindungi oleh kesepakatan harga yang sudah dicapai antara pengilangan dengan petani yang bergabung dengan koperasi besar.