Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menerangkan semakin tinggi LDR sebuah bank maka akan semakin maksimal pemanfaatan dana yang dimiliki dalam menghasilkan keuntungan/laba. Namun disisi lain akan meningkat resiko ketika dana yang disalurkan tersebut memiliki kualitas pengembalian yang tidak baik dan likuiditas rendah.
“Jadi untuk ARTO dengan LDR 112% akan sangat positif jika rasio NPL rendah dan CAR yang dimiliki masih sangat besar,” katanya
Sementara itu, beban operasional (operating expenses) mencapai Rp722 miliar, meningkat 115%. Beban operasional mencerminkan nilai investasi IT, biaya pegawai termasuk rekrutmen tenaga kerja baru yang relevan dengan aspirasi perusahaan, biaya akuisisi nasabah dan aneka biaya promosi.
Tapi, karena pendapatan bunga bersih mencapai Rp984 miliar, perseroan masih mampu menyisihkan Rp316 miliar sebagai pendapatan operasional bersih (net operating income) alias tumbuh 2.823% dari periode sebelumnya senilai Rp11 miliar.
Catatan negatif Bank Jago pada kuartal ini hanya terletak pada rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross sebesar 2,1% dan NPL Net 1%. Angka NPL ini sudah lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Namun demikian, meski di bawah rata rata industri, NPL membuat cost of credit melonjak 541% menjadi Rp268 miliar.
Andai lonjakan cost of credit tidak sebesar itu, mungkin net operating income yang dapat dikonversi menjadi laba bersih bukan lagi Rp41 miliar, tapi jauh lebih besar dari itu. Di luar catatan NPL, Bank Jago tumbuh sangat sehat dan memiliki fundamental yang kuat. Manajemen mampu mengoptimalkan aset produktif secara efisien dan menghasilkan pendapatan yang besar.