Suara.com - Laju inflasi di Australia menembus rekor tertingginya pada kuartal III 2022 menjadi 7,3 persen. Ini merupakan inflasi terbesar sejak 32 tahun terakhir yang dialami negeri kanguru tersebut.
Mengutip CNBC, Rabu (26/10/2022) harga konsumen Australia naik 7,3 kuartal ketiga dari tahun lalu, menurut data dari Biro Statistik Australia. Itu tingkat tercepat sejak Desember 1990.
“Empat kuartal terakhir telah melihat kenaikan kuartalan yang kuat didukung oleh harga yang lebih tinggi untuk konstruksi tempat tinggal baru, bahan bakar otomotif dan makanan,” sebut Biro Statistik Australia dalam pernyataannya.
Pada bulan Juni lalu, inflasi Australia telah mencapai 6,1 persen, ini mencapai rekor tertinggi dalam 21 tahun.
Para ekonom memperkirakan inflasi akan mencapai 7,5 persen pada akhir tahun karena berbagai faktor domestik dan internasional, termasuk dampak perang di Ukraina yang berdampak pada pasokan pangan dan energi global.
Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Australia Jim Chalmers memperkirakan inflasi di negara itu akan mencapai puncaknya menjelang akhir tahun dan akan bertahan sedikit lebih lama karena adanya dampak bencana alam dan kenaikan harga energi.
Jim Chalmers, yang pada Selasa (25/10) malam waktu setempat akan menyerahkan anggaran federal pertamanya, mengatakan bahwa inflasi menjadi faktor utama yang memengaruhi anggaran kali ini, yang memandu pendekatan terhadap kebijakan bantuan terkait biaya hidup.
"Pada proyeksi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) saat ini, inflasi akan bertahan lebih lama dari yang kita prediksi," katanya kepada saluran televisi Australian Broadcasting Corporation (ABC), pada Minggu.
Kemenkeu Australia ini memproyeksikan inflasi akan mencapai puncaknya sebesar 7,75 persen pada Desember mendatang.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Kenaikan Inflasi Saat Ini Terburuk Sejak 40 Tahun