"Kegunaannya untuk perapihan bendungan, pengecatan pipa serta ada alat amplifier yang rusak itu diganti dan sekarang nyala. Dulu mati, kemarin dapat bantuan Rp140 juta hidup lagi dan bisa dimanfaatkan untuk penerangan rumah tangga, untuk wisata, penerangan jalan dan fasilitas umum seperti musala, sekolah itu pakai turbin ini karena dapat menghemat biaya listrik," tutur Suyanto.
Ia menjelaskan, sebelum ada PLTMH, warga masih menggunakan listrik PLN yang tarifnya dihitung per kilometer. Namun dengan listrik dari PLTMH, iuran yang dibayar hanya Rp15 ribu hingga Rp20 ribu untuk tiap bulannya sehingga tarif PLTMH jauh lebih hemat dibandingkan biaya listrik PLN.
"Terima kasih sekali kepada Pak Ganjar yang sudah memperbaiki PLTMH, juga PLTS di Parakandowo. PLTS Parakandowo itu satu dukuh 40 rumah dapat semua. Ada juga bantuan biogas untuk perumahan di Dukuh Parakandowo dan Dukuh Sidokudul di Desa Sidomulyo," ungkap Suyanto.
Kesuksesan Ganjar mengembangkan EBT pun diapresiasi nasional. Secara khusus Ganjar diundang oleh Institute for Essentiol Services Reform (IESR) sebagai salah satu co-chair Civil20 (C20 Indonesia), untuk sharing keberhasilan pengembangan EBT dalam rangkaian acara G20 side event dan Energy Transition Working Group (ETWG) Meeting di Bali, beberapa waktu lalu.