Suara.com - Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2023 tercatat sebesar US$398,3 miliar. Jumlah itu turun US$4,7 miliar dibandingkan dengan posisi ULN akhir April 2023 sebesar US$403,0 miliar dolar AS.
Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,7% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3% (yoy).
"Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta," tulis Bank Indonesia, Senin (17/7/2023).
Secara rinci, ULN pemerintah juga menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Dari US$194,1 miliar menjadi US$192,6 miliar.
Penurunan posisi ULN pemerintah disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang jatuh tempo.
Begitu juga dengan ULN swasta. Turun dari US$199,5 miliar menjadi US$196,5 miliar.
Menurut Bank Indonesia, kontraksi ULN swasta ini dikontribusikan oleh semakin turunnya ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi 5,3% (yoy) dan 7,6% (yoy), dibandingkan dengan kontraksi 4,8% (yoy) dan 3,9% (yoy) pada bulan lalu.
Bank Indonesia memaparkan, struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Dengan demikian, ULN Indonesia pada Mei 2023 tetap terkendali.
Baca Juga: AHY Kritik Utang Pemerintah: Dari Bunga Saja Bisa Biaya Kuliah Jutaan Pelajar Indonesia
"Tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,7% dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30,0%," kata Bank Indonesia.