Tiga proyek besar Star Energy antara lain pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi Wayang Windu, pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi Salak, dan pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi Darajat — semuanya berada di provinsi Jawa Barat. Pada 2019, perusahaan mengatakan bertujuan untuk menginvestasikan $ 2,5 miliar untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 1.200 MW pada 2028.
Menurut Dewan Energi Nasional Indonesia pada bulan Februari, ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini memiliki potensi panas bumi hingga 23,7 GW atau 40 persen dari kapasitas dunia. Namun, saat ini, Indonesia baru memanfaatkan 4,5 persen potensinya.
Perjalanan Hidup
Sebelum menjadi orang terkaya keempat di Indonesia, Prajogo Pangestu meniti karir dari menjadi seorang sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak.
Di sela-sela bekerja sebagai sopir, putra seorang pedagang karet ini bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray. Pertemuan di tahun 1969 itu memulai perjalanan karirnya hingga menjadi seorang taipan.
Etos kerja Prajogo diakui oleh PT. Djajanti Grup, perusahaan Burhan Uray, sehingga ia diangkat sebagai General Manager Pabrik Plywood Nusantara.
Setahun setelah menjabat sebagai general manager, ia putuskan untuk resign dan membeli sebuah perusahaan yang mengalami krisis finansial bernama CV Pacific Lumber Coy, perusahaan inilah yang dikemudian hari berubah nama menjadi PT.Barito Pacific.
Demikian itu yang bisa dipaparkan mengenai profil Prajogo Pangestu dan kekayaan konglomerat Indonesia.
Kontributor : Mutaya Saroh
Baca Juga: Saham CUAN Milik Prajogo Pangestu Melesat 200 Poin, Bursa Beri Peringatan Ini