Korporasi Lebih Pilih Menabung Ketimbang Investasi, Ekonomi RI Bisa Frustasi

Jum'at, 08 Agustus 2025 | 13:20 WIB
Korporasi Lebih Pilih Menabung Ketimbang Investasi, Ekonomi RI Bisa Frustasi
Ilustrasi. HSBC Global Research menyoroti lesunya investasi korporasi dalam negeri untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Foto Alvian-Suara.com

Suara.com - HSBC Global Research menyoroti lesunya investasi korporasi dalam negeri untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Padahal sektor ini memainkan peranan penting dalam roda perekonomian nasional.

Chief Indonesia and India Economist, HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, meminta pemerintah segera mengatasi masalah ini jika ingin ekonomi terus tumbuh.

"Yang kita butuhkan adalah peningkatan investasi korporasi," Pranjul dalam dalam diskusi bersama media secara virtual, Jumat (8/8/2025).

Pranjul menyoroti bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen angka tersebut belum cukup untuk menutup kesenjangan output—perbedaan antara potensi maksimal ekonomi dan realitas yang ada. Untuk mencapai potensi penuhnya, investasi korporasi menjadi kunci.

Ia menjelaskan, suntikan investasi korporasi akan memberikan dampak ganda yang signifikan. Selain memperluas kapasitas produksi, investasi ini juga akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mendorong kenaikan upah.

Namun, Pranjul mencatat adanya tren yang mengkhawatirkan dimana korporasi saat ini lebih memilih menabung daripada berinvestasi.

"Ketika kita melihat investasi korporasi, kita menemukan bahwa investasi tersebut tidak terlalu tinggi. Perusahaan-perusahaan sedang menabung. Jadi ada banyak tabungan di luar sana, tetapi mereka tidak berinvestasi," ungkapnya.

Untuk mengatasi hal ini, Pranjul mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis agar korporasi kembali bergairah melakukan investasi. Ia melihat ada peluang besar dalam jangka menengah, terutama yang datang dari sisi perdagangan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen Turut Jadi Sorotan Bank Asing, Apa Katanya?

Informasi saja Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dari pada kuartal I-2025, yakni 4,87 persen. Namun sejumlah pihak meragukan data BPS tersebut. 

Dalam konferensi pers bersama jajaran Kabinet Merah Putih di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025), Menkeu Sri Mulyani Indrawati memberikan perspektif yang berbeda terkait rilis BPS yang diragukan tersebut. Ia menyebut, capaian ini ditopang oleh fondasi-fondasi yang sangat kuat, bukan semata karena kebetulan.

"Kami akan terus mengoptimalkan peranan APBN untuk terus mendukung perekonomian melalui fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjabarkan angka pertumbuhan itu dicapai dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh solid 4,97 persen. Menurut Sri Mulyani, ini bukan terjadi begitu saja. Pertumbuhan ini didukung oleh inflasi yang terjaga di 2,18 persen, sehingga daya beli masyarakat tidak terkikis habis.

Kenaikan belanja masyarakat terutama terjadi di sektor transportasi, restoran, dan akomodasi, seiring dengan momen libur sekolah dan hari besar keagamaan. Di sinilah peran pemerintah terlihat, yaitu dengan memberikan stimulus berupa diskon tarif transportasi dan penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI