Tujuan utamanya adalah menghilangkan deforestasi dari rantai pasokan minyak sawit melalui inovasi serta kombinasi pendekatan lanskap dan yurisdiksi.
WWF juga terlibat dalam intervensi pasar dengan mendorong perusahaan-perusahaan hilir untuk menggunakan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat (CSPO). Inisiatif ini didorong oleh potensi pasar domestik Indonesia.
Berdasarkan survei WWF bersama Nielsen dan MarkPlus, kemauan konsumen (di kota-kota besar) untuk membeli produk komoditas berkelanjutan (seperti produk berbasis CSPO) meningkat dari 63% pada tahun 2017 menjadi 82% pada tahun 2020.
Namun ketersediaan CSPO Produk berbasis CSPO yang ada di pasaran masih terbatas, hal ini juga disebabkan oleh terbatasnya jumlah pemasok CSPO.
Diungkapkan Angga Prathama Putra, WWF Indonesia Sustainable Palm Oil Project Leader, saat ini pihaknya telah berkolaborasi dengan 1.000 petani sawit guna penerapan praktik sawit berkelanjutan, dimana sebanyak 700 petani sawit telah berhasil memperoleh sertifikat RSPO, serta telah memetakan ketelusuran untuk 247 petani dengan produksi mencapai 1.402 ton CPO.
“Kami juga sedang menerima anggota baru bagi petani sawit sebanyak 490 petani,” katanya.
Bahkan guna meninkatkan serapan CSPO,WWF juga telah menginisiasi dengan 46 pelaku bisnis, serta diantaranya 11 pelaku berkomitmen dalam meningkatkan produksi minyak sawit berkelanjutannya.
“Serta telah mengajak 3 pabrik kelapa sawit dalam upaya mengajak konsumen dalam menggunakan produk minyak sawit berkelanjutan,” tandas Angga.
Pada tahun 2015, Prosedur Remediasi dan Kompensasi (RaCP) telah diadopsi untuk memberikan jalan bagi Anggota RSPO dalam mengatasi masalah deforestasi di masa lalu, sebagai salah satu prasyarat Sertifikasi RSPO.
Pada tanggal 31 Desember 2022, melalui penilaian perubahan penggunaan lahan (LUCA) mengidentifikasi 658 kasus secara global yang dianggap memerlukan Rencana Remediasi atau Rencana Kompensasi, tergantung pada bagaimana kasus ketidakpatuhan terjadi.
Anggota RSPO, yang beroperasi di Indonesia menyumbang 29% dari 311 Rencana Kompensasi yang disetujui untuk dilaksanakan, telah melakukan remediasi seluas 69.804 hektar, suatu wilayah yang jauh lebih besar dari luas DKI Jakarta.
Anggota RSPO, PT Bio Inti Agrindo (PT BIA), yang perkebunan dan wilayah petani plasmanya telah tersertifikasi RSPO, adalah contoh bagaimana operator kelapa sawit di Indonesia memprioritaskan pengembangan prosedur remediasi dan kompensasi untuk meningkatkan standar keberlanjutan dalam sektor ini.
“Sebagai salah satu perkebunan pertama di Papua yang mendapatkan sertifikat RSPO, kami memiliki komitmen yang kuat terhadap program tanggung jawab lingkungan, konservasi, dan pengembangan masyarakat,” kata Kartika Dewi, Manajer ESG, PT BIA.
Pada tanggal 20-22 November 2023, RSPO akan menjadi tuan rumah Konferensi Meja Bundar Tahunan tentang Minyak Sawit Berkelanjutan (RT2023) di Jakarta. Konferensi yang memperingati Hari Jadi RSPO ke-20 pada bulan April 2024 ini bertema ‘Mitra untuk 20 Tahun Berikutnya’ dan akan menampilkan tren-tren utama dan tindakan kolektif yang dapat dimanfaatkan oleh industri ini untuk lebih meningkatkan pengembangan minyak sawit berkelanjutan secara global.
Para ahli dari seluruh dunia akan berkumpul untuk membahas topik-topik yang mendesak untuk ditangani termasuk tentang ketenagakerjaan, pendanaan iklim, sistem ketertelusuran, masa depan jaminan, inklusi petani kecil, ketahanan pangan,
pendekatan yurisdiksi dan masih banyak lagi.