Kesehatan Mental Orang RI Kian Mengkhawatirkan, Ekonomi Hingga Pekerjaan Jadi Penyebabnya

Jum'at, 17 Mei 2024 | 15:03 WIB
Kesehatan Mental Orang RI Kian Mengkhawatirkan, Ekonomi Hingga Pekerjaan Jadi Penyebabnya
Ilustrasi kesehatan mental (Freepik/Rawpixel)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hingga tahun 2021, tercatat bahwa jumlah tenaga profesional yang dapat memberikan perawatan kesehatan jiwa masih sangat minim di Indonesia.

"Oleh karena itu, fokus dari riset ini adalah mengembangkan sebuah model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana bagi individu dengan cemas dan depresi yang dapat diberikan oleh kader yang terlatih," ucapnya.

Program riset ini meliputi 5 tahapan yang kompleks, sehingga selain membuahkan sebuah model perawatan bagi orang dengan kecemasan dan depresi, hasil riset juga dapat digunakan sebagai basis data dari Provinsi Jawa.

Pada tahun 2023, telah dilakukan tahap pertama yaitu suatu survei rumah tangga pada 19.236 individu dari 4 provinsi di Pulau Jawa. Didapatkan data angka depresi sebesar 4,42% dan angka kecemasan teridentifikasi sebesar 5,68%.

Prevalensi depresi dan atau kecemasan di Jawa Timur (Kabupaten Malang dan Jombang) menunjukkan angka yang lebih tinggi (8,79%), diikuti oleh Jawa Tengah (Kota Semarang dan Kab. Magelang) (7,86%). Temuan lainnya juga didapatkan data dari 1.480 orang yang teridentifikasi mengalami depresi dan atau kecemasan hanya 338 orang (22,9%) yang mencari perawatan kesehatan mental.

"Tahap kedua berupa studi wawancara yang melibatkan 140 partisipan, terdiri dari pasien, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader, tenaga kesehatan profesional, dan 27 partisipan tokoh nasional," katanya.

Tim peneliti STAND-Indonesia, Hasbullah Thabrany menambahkan, pada 2024, tim peneliti secara aktif sedang melakukan tahap ketiga dan keempat untuk uji coba Model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana di 4 provinsi.

"Tujuan utama dari riset ini adalah untuk menghasilkan sebuah model perawatan berbasis masyarakat yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami cemas dan depresi. Diharapkan model ini akan menyediakan manajemen yang lebih baik untuk cemas dan depresi, serta mampu menurunkan angka perburukan kondisi dan mencegah masalah kejiwaan lebih lanjut di masyarakat," tambahnya.

Baca Juga: Tiko Aryawardhana Kerja di Bank Apa? Viral Baju BCL di Acara Kantor Suami Jadi Sorotan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI