Selain tiga komoditas utama tersebut yang sebagian besar penjualan ekspornya diserap oleh pasar Amerika, produk lainnya adalah produk olahan dari daging, ikan, krustasesea dan moluska. Sepanjang 2020-2024, pasar Amerika menyerap US$4,3 miliar atau 60,2 persen dari total ekspor Indonesia untuk komoditas tersebut.
Dari 10 komoditas yang dianalisis NEXT Indonesia, Christiantoko menguraikan, yang terbesar diekspor ke Amerika memang komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), yakni senilai US$4,2 miliar pada 2024 atau US$14,7 miliar untuk periode 2020-2024. Namun, dari total ekspor Indonesia ke dunia untuk komoditas tersebut, rata-rata daya serap pasar Amerika hanya 22,6 persen.
“Jadi, walaupun ada pengaruhnya, ya tidak sebesar yang terjadi pada empat komoditas lainnya, yang lebih dari separuhnya diserap pasar Amerika,” jelas Christiantoko.
Christiantoko mengingatkan, yang paling mendesak untuk dilakukan saat ini oleh Indonesia adalah diplomasi. Bisa saja melalui Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Serikat yang melakukan perundingan bilateral dengan pemerintah Amerika Serikat untuk memperjuangkan penurunan tarif timbal balik yang sudah diumumkan, mumpung sebelum pemberlakuannya jatuh tempo.
“Jangan sampai terlambat. Saatnya untuk diplomasi segera,” tegasnya.
Apalagi, lanjutnya, dalam lima tahun terakhir (2020-2024) Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama yang menjadi penyerap terbesar komoditas ekspor Indonesia, setelah Cina. Menurut catatan NEXT Indonesia, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika terus mengalami surplus dalam 27 tahun terakhir, yakni periode 1998-2024.