Lagi, Perusahaan Telekomunikasi Ini PHK 2.000 Karyawannya

Rabu, 16 April 2025 | 09:45 WIB
Lagi, Perusahaan Telekomunikasi Ini PHK 2.000 Karyawannya
PHK di perusahaan Inggris

Suara.com - Perusahaan besar di Inggris nampaknya mengalami bisnis yang terus menurun. Hal ini dikarenakan penurunan laba yang terus terjadi setiap tahun tidak menutup operasional perusahaan

Salah satunya adalah perusahaan Sky yang merupakan perusahaan bergerak di media. Sebanyak 2.000  karyawan akan dipangkas di Sky sebagai bagian dari perombakan pusat panggilan perusahaan media tersebut.

Perusahaan yang dimiliki oleh raksasa media AS Comcast ini berencana untuk menutup tiga dari 10 pusat panggilannya. Pusat-pusat tersebut berada di Stockport, Sheffield, dan pusat kota Leeds. Sky mengatakan bahwa sekitar tujuh persen tenaga kerjanya akan terpengaruh oleh perubahan tersebut.

“Kami mengubah bisnis kami untuk memberikan layanan pelanggan yang lebih cepat, lebih sederhana, dan lebih digital. Pelanggan kami semakin menginginkan pilihan, untuk berbicara dengan kami melalui telepon saat mereka sangat membutuhkan kami dan kemudahan mengelola tugas sehari-hari secara digital," kata seorang juru bicara dilansir Independent, Rabu (16/4/2025).

“Kami berinvestasi dalam pusat keunggulan baru untuk layanan pelanggan, di samping teknologi digital mutakhir untuk menjadikan layanan kami lancar, andal, dan tersedia 24/7," tambahnya. 

Menurut regulator Ofcom, Sky adalah penyedia telekomunikasi yang paling sedikit dikeluhkan di Inggris selama 13 tahun berturut-turut.Tim layanan pelanggan Sky saat ini menangani sekitar 25 juta panggilan setiap tahun. Mereka memperkirakan jumlah tersebut akan turun menjadi sekitar 17 juta dalam lima tahun ke depan.

Perusahaan tersebut mengatakan akan berinvestasi dalam penawaran layanan pelanggan digitalnya, termasuk obrolan berbasis teks dan aplikasi Sky, untuk memenuhi permintaan.

Mereka juga akan berinvestasi dalam "pusat keunggulan" untuk layanan pelanggan di Skotlandia. Beberapa peran layanan pelanggan juga akan dipindahkan ke luar Inggris untuk memberikan dukungan sepanjang waktu dari zona waktu yang berbeda.

Financial Times mengatakan para eksekutif Sky mengatakan bahwa pemindahan tersebut tidak terkait dengan pernyataan musim semi Kanselir Rachel Reeves pada hari Rabu. 

Baca Juga: Industri dan Bisnis Lagi Gonjang-ganjing, Pemerintah Siapkan Satgas PHK

Selain itu, Sky mengatakan telah mensurvei sekitar 10.000 pelanggan, dan mayoritas menginginkan opsi yang fleksibel, termasuk obrolan langsung, aplikasi, dan opsi email, saat mencari dukungan. Hal ini dilakukan agar bisnisnya tetap berlanjut. 

Sebelumnya, banyak perusahaan juga mengurangi karyawannya. Hal ini terjadi pada perusahaan induk CPenney yang masih baru berdiri, Catalyst Brands, tengah menjalani putaran kedua PHK karyawan korporatnya sebagai bagian dari tinjauan berkelanjutan atas bisnis yang baru dibentuk tersebut.

Catalyst mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa perusahaan tersebut berada dalam tahap awal integrasi dan bahwa setelah peninjauan organisasi yang mencakup semua unit bisnis. "Kami telah mengidentifikasi area-area yang dapat di optimalkan struktur dan peran kami yang memengaruhi 9% peran korporatnya," kata juru bicara Catalyst. 

Pemotongan ini merupakan tambahan dari 5% yang diberlakukan perusahaan pada bulan Februari. Sebelum kedua putaran PHK tersebut, Catalyst memiliki sekitar 5.000 karyawan korporat. Catalyst, yang dibentuk pada bulan Januari, merupakan perusahaan patungan antara JCPenney yang pernah bangkrut dan Sparc Group, pemilik Brooks Brothers, Lucky Brand, Eddie Bauer, Nautica, dan Aeropostale.

Transaksi ekuitas penuh untuk membentuk Catalyst diluncurkan dengan pendapatan sebesar 9 miliar dollar AS, 1.800 toko, dan 60.000 karyawan, menurut siaran pers. Adapun, Catalyst Brands memiliki portofolio merek ritel yang ikonik, termasuk Aéropostale, Brooks Brothers, Eddie Bauer, Forever 21, Lucky Brand Jeans, dan Nautica.

Catalyst Brands berkantor pusat di lokasi perusahaan JC Penney di Plano, Texas, dengan kantor di New York, Los Angeles, dan Seattle. Namun, penurunan labanya membuat perusahaan harus efisiensi. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI