Tak kalah mentereng, jajaran Dewan Pengawas diisi oleh nama-nama berpengaruh seperti Erick Thohir sendiri dan Muliaman Hadad. Bahkan, dua mantan presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo, turut masuk dalam jajaran Dewan Pengarah, memberikan legitimasi dan arahan strategis bagi lembaga ini.
Namun, sorotan paling menarik tertuju pada susunan Dewan Penasihat, yang mayoritas diisi oleh tokoh-tokoh internasional dengan reputasi mendunia. Beberapa di antaranya adalah Ray Dalio, investor legendaris asal Amerika Serikat, Helman Sitohang, mantan CEO Credit Suisse dan penasihat Blackstone, serta Jeffrey Sachs, profesor ekonomi ternama dari Harvard.
Kejutan terbesar justru datang dari masuknya nama Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri Thailand yang memiliki rekam jejak politik dan bisnis yang kontroversial. Kehadiran tokoh internasional dengan latar belakang beragam ini menimbulkan pertanyaan sekaligus harapan akan perspektif global yang akan dibawa ke Danantara.
Meskipun diisi oleh barisan tokoh-tokoh elite, ketiadaan gebrakan signifikan dari Danantara dalam dua bulan terakhir menimbulkan tanda tanya besar di benak publik dan pelaku pasar.
Permintaan Erick Thohir untuk bersabar menunjukkan bahwa pemerintah menyadari betul kompleksitas dalam membangun sebuah lembaga investasi raksasa dengan ambisi besar.
Diketahui, saat ini sudah ada komitmen investasi bersama antara Indonesia dan Qatar kepada Danantara. Komitmen investasi besar dari Qatar tersebut hadir usai Presiden RI Prabowo Subiantom menemui Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani beberapa waktu lalu. Prabowo mengatakan Qatar akan melakukan investasi sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp33,4 triliun (asumsi kurs Rp16.700).