Hery mengatakan pihaknya belum mengetahui secara persis materi evaluasi yang digunakan oleh SP NIBA AJB Bumiputera 1912, sehingga bisa mengevaluasi jalannya RPK.
“Ini tidak rasional tentunya,” imbuhnya.
“Pengurus SP NIBA AJB Bumiputera 1912 sampai dengan saat ini belum pernah berkomunikasi dengan Rapat Umum Anggota (RUA) dan Dewan Komisaris dalam memberikan aspirasinya sehingga bagaimana SP NIBA AJB Bumiputera 1912 untuk aktif menciptakan hubungan yang harmonis, dinamis dan berkeadilan, apalagi ikut serta menjaga eksistensi AJB Bumiputera 1912.”
Pernyataan Hery itu merespons aksi SP NIBA AJB Bumiputera 1912 di Jakarta, Senin (28/4). Berdasarkan surat pemberitahuan kepada manajemen, aksi akan dilakukan 1000 orang. Faktanya, berdasarkan kehadiran hanya berkisar 50 orang.
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912, didirikan lebih dari satu abad lalu, merupakan perusahaan asuransi mutual tertua di Indonesia.
Berdiri sejak era kolonial, Bumiputera memiliki peran penting dalam perkembangan industri asuransi nasional dan ekonomi kerakyatan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi tantangan finansial yang signifikan, memicu kekhawatiran di kalangan pemegang polis.
Restrukturisasi dan upaya penyelamatan terus dilakukan untuk mengembalikan kesehatan finansial perusahaan dan memenuhi kewajibannya.
Masa depan Bumiputera menjadi perhatian banyak pihak, dengan harapan agar perusahaan dapat kembali menjadi pilar asuransi yang kuat dan terpercaya.