"Pasar melihat ada sinyal positif dari dalam negeri. Inflasi terkendali, konsumsi tetap kuat, dan pemerintah aktif meninjau regulasi untuk memperlancar investasi. Ini semua menjadi alasan kuat bagi investor asing untuk tetap memegang rupiah," beber dia.
Ia juga mengapresiasi peran aktif Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar, sembari terus berkoordinasi dengan sektor swasta dan lembaga lainnya.
Untuk awal pekan depan, Ibrahim memproyeksikan rupiah masih akan bergerak fluktuatif, namun tetap berpeluang melanjutkan penguatan. Rentang perdagangan diperkirakan berada di kisaran Rp16.540 hingga Rp16.610 per dolar AS.
"Sentimen global akan tetap menjadi penggerak utama. Tapi kalau tren penguatan ini bisa dijaga, ada kemungkinan rupiah menembus support penting di bawah Rp16.600," kata dia.
Meski begitu, Ibrahim tetap mengingatkan agar pelaku pasar waspada terhadap dinamika global yang sangat cepat berubah. Ketegangan geopolitik, data ekonomi baru dari AS, serta arah kebijakan moneter The Fed bisa dengan cepat mengubah arah pasar.
"Pasar saat ini sangat sensitif. Kabar baik bisa bikin euforia, tapi kabar buruk sedikit saja bisa langsung bikin dolar rebound. Jadi tetap hati-hati," kata Ibrahim.