IHSG Meroket di Tengah Sentimen Positif, Investor Sambut Redanya Perang Dagang

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 14 Mei 2025 | 09:49 WIB
IHSG Meroket di Tengah Sentimen Positif, Investor Sambut Redanya Perang Dagang
Arsip-Pekerja mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan performa yang impresif pada perdagangan Rabu pagi (14/5/2025), bergerak menguat signifikan di tengah tren pelemahan yang justru melanda mayoritas bursa saham di kawasan Asia. Pembukaan perdagangan hari ini disambut dengan lonjakan optimisme dari para investor, mendorong IHSG melesat 103,34 poin atau setara dengan 1,51 persen ke level 6.936,14.

Senada dengan pergerakan IHSG, kelompok saham-saham unggulan yang tergabung dalam Indeks LQ45 juga mencatatkan kenaikan yang solid, menguat 14,26 poin atau 1,86 persen ke posisi 779,63.

Analis dari Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta pagi ini menyoroti bahwa meredanya tensi perang dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, menjadi katalis positif utama bagi pasar saham Indonesia.

"Penurunan eskalasi konflik dagang antara AS dan China membawa angin segar bagi Indonesia, terutama dalam hal potensi peningkatan arus investasi asing. Adanya indikasi kesepakatan dagang yang lebih konstruktif berpotensi menjadi faktor pendorong sentimen positif bagi pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini," tulis tim riset tersebut, dikutip via Antara.

Dari dalam negeri, fokus para pelaku pasar juga tertuju pada implementasi kebijakan baru terkait konstituen dalam daftar efek Liquidity Provider yang akan diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi penopang penting bagi likuiditas pasar, terutama untuk emiten-emiten lapis kedua (second liner) hingga lapis ketiga (third liner) yang memiliki fundamental kinerja keuangan yang solid. Langkah ini dipandang sebagai upaya BEI untuk meningkatkan kedalaman dan efisiensi pasar modal Indonesia.

Sementara itu, dari kancah global, pasar merespons positif langkah AS yang menurunkan tarif sementara terhadap produk impor dari China. Kebijakan ini meredakan kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi global yang lebih dalam.

Ke depan, pasar akan terus mencermati perkembangan negosiasi antara AS dan China, terutama dalam upaya mencapai kesepakatan perdagangan yang bersifat permanen dalam jangka waktu 90 hari yang telah disepakati. Selain itu, pasar juga menantikan perkembangan potensi kesepakatan dagang antara AS dan Indonesia yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.

Secara lebih rinci, AS akan memberlakukan penurunan tarif tambahan pada impor produk-produk China menjadi 30 persen dari sebelumnya 145 persen untuk periode sementara selama tiga bulan. Sebagai respons, China juga akan menurunkan bea masuk pada impor produk-produk AS menjadi 10 persen dari sebelumnya 125 persen dalam periode waktu yang sama. Langkah saling melunak ini memberikan harapan akan terciptanya stabilitas dalam hubungan dagang antara kedua negara.

Baca Juga: China Bereaksi Usai Timnas Indonesia Disanksi FIFA

Di sisi lain, data inflasi AS untuk bulan April 2025 menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan pasar. Tingkat inflasi tercatat sebesar 0,2 persen secara bulanan (month-on-month/mtm) dan 2,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan April 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada bulan Maret 2025 yang mencapai 0,3 persen (mtm) dan 2,4 persen (yoy). Data inflasi yang terkendali ini memberikan ruang gerak bagi kebijakan moneter AS ke depan.

Fokus pasar juga tertuju pada kebijakan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Pasar saat ini memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan menunda penurunan suku bunga hingga bulan September 2025. Namun, pasar masih mengantisipasi adanya dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada akhir tahun ini, dengan harapan dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi.

Pergerakan positif IHSG pagi ini berlawanan dengan tren yang terjadi di bursa saham AS, Wall Street, yang ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (13/5/2025).

Meskipun sentimen positif dari kesepakatan gencatan tarif perdagangan AS-China sempat mendorong kenaikan, namun penurunan tajam saham sektor kesehatan, terutama saham UnitedHealth yang anjlok hampir 18 persen, membebani kinerja indeks Dow Jones Industrial Average yang berakhir turun 269,67 poin atau 0,64 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 0,72 persen dan ditutup di level 5.886,55, dan indeks teknologi Nasdaq Composite melonjak lebih tinggi sebesar 1,61 persen ke level 19.010,08.

Di kawasan regional Asia, sentimen negatif dari Wall Street semalam tampaknya lebih mendominasi pergerakan bursa saham pagi ini. Indeks Nikkei di Jepang tercatat melemah 196,45 poin atau 0,51 persen ke level 37.986,81. Indeks Shanghai Composite di China juga terkoreksi tipis sebesar 1,41 poin atau 0,04 persen ke posisi 3.373,46. Bursa saham di Asia Tenggara juga menunjukkan tren pelemahan, dengan indeks Kuala Lumpur Composite di Malaysia turun 6,06 poin atau 0,38 persen ke level 1.576,33, dan indeks Straits Times di Singapura melemah 17,37 poin atau 0,45 persen ke posisi 3.863,68.

Secara keseluruhan, penguatan signifikan IHSG pada perdagangan pagi ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia memiliki sentimen positif tersendiri, terutama didorong oleh harapan akan dampak positif dari meredanya perang dagang AS-China dan implementasi kebijakan Liquidity Provider di BEI.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI