Suara.com - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI akan menentukan direksi barunya usai Hery Gunadi menjadi Direktur Utama Bank BRI. Perseroan akan enggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Jumat (16/5).
Beberapa nama atau kandidat yang menjadi Dirut BSI ditunggu oleh para pemegang saham. Dikabarkan kandidiat kuat yang bakal menjadi Dirut BSI adalah mantan Dirut BRI Sunarso. Serta Bob Tyasika Ananta juga diproyeksikan bisa mengisi posisi teratas di bank syariah terbesar di Indonesia itu. Apalagi saat ini, Bob menduduki jabatan pelaksana tugas (Plt) direktur utama BSI.
Plt Direktur Utama BSI Bob T Ananta menyatakan manajemen BSI akan konsisten melanjutkan transformasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu mata acara pada RUPST adalah persetujuan atas Laporan Tahunan Perseroan pada tahun 2024.
‘’Kami tentu akan terus menjaga kinerja positif ini ke depan’’ kata Bob.
Berikut ini mata acara RUPS BSI yang akan digelar hari ini :
-Persetujuan Laporan Tahunan dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris serta Pengesahan Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024 termasuk memberikan pembebasan.
Serta pelunasan tanggung jawab sepenuhnya (volledig acquit et de charge) terhadap seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Perseroan sehubungan dengan pengurusan dan pengawasan Perseroan yang telah dijalankan selama tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024, sepanjang aktivitas tersebut tercermin dalam Laporan Tahunan.
-Persetujuan penggunaan laba bersih Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024.
-Persetujuan penunjukan Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku yang akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2025 dan penetapan biaya/honorariumnya.
Baca Juga: BSI Catat Penukaran Uang Jamaah Haji Tembus Rp 105 Miliar
-Penetapan tantiem bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan, serta bonus bagi anggota Dewan Pengawas Syariah Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024, dan penetapan gaji anggota Direksi dan honorarium anggota Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah, termasuk pemberian fasilitas, benefit dan/atau tunjangan lainnya untuk tahun buku 2025.
-Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Mudharabah Berlandaskan Keberlanjutan Berkelanjutan I Bank BSI Tahap I Tahun 2024.
-Persetujuan Pengkinian Rencana Aksi Pemulihan (Recovery Plan) Perseroan.
-Penetapan Plafon (Limit) Hapus Tagih atas Piutang Pokok Macet yang Telah Dihapusbuku.
-Persetujuan Perubahan Pengurus Perseroan.
Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 15,46% (secara compounded annual growth rate/CAGR) sejak awal merger hingga Desember 2024. Sebagian besar pembiayaan tersebut didistribusikan ke segmen Ritel dan UMKM serta segmen Konsumen yang mengomposisi sekitar 72%.
Plt Direktur Utama BSI Bob T Ananta mengungkap merger yang diinisiasi pemerintah dan dilakukan pada 1 Februari 2021 terbukti berdampak pada percepatan pertumbuhan Perseroan. ‘’Aset BSI tumbuh agresif di mana dalam empat tahun tumbuh mencapai 14,28% (CAGR) semula Rp239,58 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp408,61 triliun pada akhir 2024. Total aset tersebut mendongkrak BSI masuk ke peringkat enam," katanya.
Pertumbuhan aset kata Bob antara lain ditopang jumlah jaringan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di mana secara merger total kantor cabang BSI mencapai 1.039 outlet sehingga dengan branding yang baru, cabang BSI lebih terlihat. Jumlah nasabah pun telah mencapai di atas 21 juta dibanding sekitar 14 juta saat merger terjadi.
Sementara total Dana Pihak Ketiga per Desember 2024 mencapai Rp327,45 triliun saat sebelum merger. BSI juga konsisten menumbuhkan komposisi dana murah (CASA) sebesar 12,20% (CAGR) sejak awal merger hingga Desember 2024. Konsistensi fokus pada dana murah ditambah terus mengoptimalkan efisiensi biaya menjadikan BSI juga berhasil mempertahankan pertumbuhan laba double digit hingga Desember 2024.
Hingga Desember 2024 laba BSI tumbuh 33,77% secara CAGR semula Rp2,19 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp7,01 triliun. Dampak dari pertumbuhan laba adalah naiknya Return on Equity (ROE) secara impresif. Pada Desember 2020 ROE BSI 11,18% dan naik menjadi 17,77% pada Desember 2024. Dengan kinerja yang solid, kepercayaan investor terhadap kinerja BSI pun bertumbuh di mana saat ini investor pemegang saham perusahaan dengan kode ticker saham BRIS ini telah diisi oleh investor-investor global.