Listrik Belum Merata, 10 Ribu Desa Masih Gelap Gulita di Indonesia

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 30 Juni 2025 | 17:20 WIB
Listrik Belum Merata, 10 Ribu Desa Masih Gelap Gulita di Indonesia
Warga melakukan pengisian token listrik di kawasan Benhil, Jakarta Pusat, Rabu (3/10/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat masih terdapat 10.068 desa yang belum menikmati akses listrik. Angka tersebut mencerminkan masih adanya kesenjangan elektrifikasi di sejumlah wilayah, khususnya di daerah-daerah terpencil dan kawasan timur Indonesia.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu, mengatakan, jumlah itu didapat setelah dilakukan pemetaan lokasi yang dilakukan oleh PLN atas permintaan Kementerian ESDM.

"Kita minta PLN untuk memotret mana lokasi-lokasi yang belum dapat akses listrik. Itu sudah dipetakan untuk sementara. Sudah ada 10.068 lokasi yang tidak mempunyai akses listrik. Kalau dari rumah tangganya sudah ada 98,51 persen," ujar Jisman dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (30/6/2025).

Jisman memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari total 86.598.260 rumah tangga nasional, masih terdapat sekitar 1,287 juta rumah tangga yang belum menikmati akses listrik.

Program bantuan listrik PLN yang dirasakan pelanggan WS2JB
Program bantuan listrik PLN yang dirasakan pelanggan WS2JB

Sebaran rumah tangga tanpa listrik tersebut ada di berbagai wilayah, termasuk di Aceh, Sumatera Utara, dan provinsi lainnya, dengan ketimpangan rasio elektrifikasi yang signifikan antar daerah.

"Akses listrik masih rasio elektrifikasi yang di atas 99 persen ada 17 provinsi. Antara 90–99 persen 15 provinsi. Di bawah 90 persen ada 6 provinsi khususnya, mohon maaf di daerah timur. Jadi memang untuk daerah timur ini agak tertinggal memang," jelas dia

Menurut dia, pemerintah sebelumnya sempat menjalankan program pra-elektrifikasi melalui pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).

Namun, bilang Jisman umur alat tersebut hanya bertahan sekitar tiga tahun dan kini sebagian besar telah tidak berfungsi, termasuk masa garansi yang telah habis.

"Meskipun ada 1, 2 atau berapa tempat mungkin masih menyala tapi kita sudah tidak mau hitung lagi ya. Karena kita akan mendorong listrik desa di masyarakat itu sebaiknya dilayani oleh PLN," beber dia.

Baca Juga: Proyek PLTP di Daerah Disebut Tingkatkan Setoran Pendapatan Hingga Serap Tenaga kerja

Jisman juga menyoroti sejumlah program energi alternatif seperti PLTS dan Mikrohidro, yang kerap mengalami masalah operasional pasca-peresmian. Dia menilai usai diresmikan, tidak adanya pengelolaan yang berkelanjutan.

"Begitu peresmian besoknya sudah bermasalah. Atau beberapa bulan lah karena tidak ada yang mengelola. Jadi kita harapkan dengan hadirnya PLN dikelistrikan di masyarakat maka dia juga memperoleh subsidi. Karena kan kita memberikan subsidi-nya melalui PLN," imbuh dia.

Jisman mengaku, Kementerian ESDM tengah menyusun roadmap elektrifikasi nasional berbasis lokasi, bukan lagi berdasarkan nomenklatur desa, untuk menghindari tumpang tindih administratif.

"Jadi ada 10.068 lokasi dan ada 10.068 program nanti akan kita jalankan," ucap dia.

Jisman menyebut, pendanaan untuk proyek kelistrikan tersebut dapat bersumber dari berbagai pihak, termasuk APBN, Penyertaan Modal Negara (PMN), CSR, atau pihak swasta. Setiap realisasi proyek juga diharapkan dilaporkan secara transparan 

"Kita berharap itu dilaporkan kepada kami Pak. Dari 10.068 itu kan kelihatan 5 program, 5 tempat, 20 program, 100 tempat. Ya kira-kira gitu Pak, supaya transparan," beber dia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI