Suara.com - Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Susanto, merasa yakin ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) justru meroket, meski mendapatkan tarif Trump 19 persen. Apalagi, sampai saat ini, perdagangan Indonesia dengan AS masih surplus.
Menurutnya, dengan adanya tarif ini menjadi kesempata para pelaku usaha untuk menampilkan produk unggulan yang bisa bersaing dengan negara-negara lain.
"Seharusnya lebih meningkat, ya artinya hitung-hitungannya lebih meningkat. Makanya kita bagaimana memanfaatkan utilisasi itu secara optimal ya. Kita mendorong bersama-sama pelak usaha supaya memanfaatkan kesempatan ini," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Mendag menyebut, nilai ekspor Indonesia juga mengalami kenaikan pada periode Januari-Juni 2025 sebesar 7,7 persen. Raihan ini, bilangnya, membuktikan bahwa produk Indonesia sangat diminati oleh negara lain termasuk AS.
![Aktivitas bongkar muat kontainer di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/10/84008-bongkar-muat-peti-kemas-jict-ilustrasi-tarif-trump.jpg)
"Tujuan utama ekspor kita itu pertama ke China, kedua ke Amerika, artinya produk kita bisa bersaing di Amerika," ucapnya.
Terkait dengan Tarif Trump 19 persen, Mendag menilai, semua pihak harus bersyukur bahwa tarif itu sama dengan negara Asia Tenggara lainnya. Sebab, dengan tarif yang sama, maka pelaku usaha bisa membuktikan daya saing produknya.
"Ya kita optimis ya. Kalau pasar Amerika terus tetap bergairah, berarti kita semakin mudah masuk ke sana. Karena kita, kita bersaingnya, start-nya itu tidak mulai dari nol," bebernya.
Mendag juga memandang, Indonesia memiliki keunggulan lebih dibandingn negara lain, karena sebagai negara yang paling disukai dalam perdagangan atau Most Favored Nation (MFN).
"Kita selangkah lebih maju dibanding negara yang lain. Kalau dulu kita bersaing dengan negara lain, kita bersaing masuk ke Amerika itu kan sama ya, pakai MFN. Nah sekarang kan, kalau MFN kan hampir sama tarifnya," imbuhnya.
Baca Juga: Negara Rugi Rp 26,4 Miliar dari Barang-barang Impor Ilegal Selama 6 Bulan
"Nah sekarang kan, resiprokal kan tarifnya Kita lebih dapat yang rendah sehingga ya harapan kita semakin mudah. Sebenernya itu kesempatan yang besar masuk ke Amerika itu," sambung Mendag.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama enam bulan pertama tahun ini, total nilai perdagangan Indonesia–AS tercatat mencapai USD 17,8 miliar, terdiri dari ekspor Indonesia ke AS sebesar USD 11,3 miliar, sementara impor dari AS ke Indonesia mencapai USD 6,5 miliar.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencatatkan surplus sebesar USD 4,8 miliar.