Suara.com - Rencana pemerintah untuk kembali menggulirkan insentif pembelian sepeda motor listrik mendapat dukungan dari pakar transportasi dan energi. Stimulus ini dinilai mampu mempercepat transisi energi sekaligus memperkuat industri kendaraan listrik dalam negeri.
Pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menilai langkah tersebut penting sebagai dorongan agar masyarakat mulai beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil.
"Insentif jelas akan mendorong masyarakat kelas menengah ke bawah untuk beralih dari sepeda motor berbahan bakar fosil ke teknologi listrik. Hal itu bisa mempercepat program transisi energi Indonesia di sektor transportasi," ujar Yannes seperti dikutip, Sabtu (16/8/2025).
![Motor Listrik Subsidi Terbaik 2025. [ChatGPT]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/16/42958-motor-listrik.jpg)
Menurutnya, kebijakan ini dapat menjadi katalis transformasi sistemik. Mulai dari peningkatan daya beli masyarakat, pembangunan industri hijau, hingga fondasi ekonomi rendah karbon di masa depan.
Yannes menekankan, harga awal motor listrik masih menjadi hambatan utama dalam adopsi kendaraan listrik roda dua. Karena itu, insentif diyakini bisa menjadi solusi.
"Kebijakan ini berpotensi memberi manfaat ekonomi jangka panjang yang signifikan," katanya.
Ia mengungkapkan, penjualan motor listrik di Indonesia selama 2025 sempat mengalami perlambatan tajam akibat ketidakpastian insentif. "Kalau tidak salah, penurunannya sampai 70–80 persen," ungkap Yannes.
Dengan stimulus kembali diberlakukan, Yannes percaya harga motor listrik akan lebih terjangkau dan penjualan meningkat. Dampaknya, industri dalam negeri, termasuk sektor komponen pendukung, akan ikut terdorong.
"Segmentasi pasar terbesarnya adalah kelompok masyarakat lower income class yang sangat sensitif terhadap harga beli awal. Stimulus dapat menjawab hal itu dan membangun kembali kepercayaan konsumen," jelasnya.
Baca Juga: PGE Area Lahendong Gaungkan Panas Bumi untuk Transisi Energi dan Ketahanan Pangan di TIFF 2025
Yannes juga menyoroti dampak ketidakpastian kebijakan terhadap pelaku industri lokal. Ia menyebut, beberapa startup kendaraan listrik sudah menutup usaha, sementara lainnya mulai melakukan pemutusan hubungan kerja.
"Padahal, startup seperti mereka itu yang bisa menjadi motor pertumbuhan industri kendaraan listrik nasional. Kalau tidak didukung, kita hanya akan menjadi pasar produk impor," imbuhnya.
Ia menambahkan, dominasi sepeda motor dalam sistem transportasi Indonesia membuat transisi ke kendaraan listrik menjadi langkah strategis.
"Dengan stimulus yang tepat, kita tidak hanya mengatasi polusi udara, tapi juga membuka peluang ekonomi baru dan memperkuat posisi Indonesia di industri kendaraan listrik global," pungkas Yannes.