- Wamendag Dyah Roro memantau harga cabai di Jakarta pada 31 Desember 2025, mendapati harga masih tinggi.
- Harga cabai bertahan di Rp60.000–Rp70.000 per kilogram akibat produksi terpengaruh cuaca buruk.
- Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga pasokan cabai jangka menengah.
Suara.com - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Dyah Roro Esti Widya Putri, melihat harga cabai di pasar masih tergolong tinggi meski menunjukkan tren penurunan menjelang pergantian tahun.
Kondisi tersebut dipengaruhi faktor cuaca yang berdampak langsung terhadap produksi cabai di tingkat petani.
Pernyataan itu disampaikan Dyah Roro saat melakukan pemantauan harga bahan pokok di Pasar Senen dan Pasar Johor Baru, Jakarta, Selasa (31/12/2025).
Dalam kunjungan tersebut, ia mendapati harga cabai masih berada di atas harga acuan meski sudah bergerak turun dibandingkan beberapa pekan sebelumnya.
![Muamar, salah seorang pedagang cabai rawit di Pasar Serpong, Kota Tangsel, Jumat (12/3/2021). [Suara.com/Wivy]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/12/39191-pedagang-cabai-rawit-di-pasar-serpong.jpg)
"Kalau untuk cabai, cabai rawit, segala bentuk cabai itu, masih di atas sedikit ya dari harga acuan, tetapi sudah turun trennya," ujar Dyah di Pasar Senen.
Ia menjelaskan, berdasarkan pantauan di lapangan, harga cabai masih berada di kisaran Rp 60.000 hingga Rp 70.000 per kilogram. Meski demikian, pergerakan harga menunjukkan penurunan dibandingkan kondisi tiga minggu sebelumnya.
"Memang cabai itu tadi trennya semua turun ya, trennya turun dibandingkan tiga mingguan yang lalu. Namun untuk cabai masih di atas dikit ya, di atas harga acuannya sedikit, di kisaran Rp 60.000 – Rp 70.000,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu faktor utama yang membuat harga cabai sulit turun signifikan adalah kondisi cuaca. Curah hujan yang tinggi dinilai berdampak langsung terhadap kualitas dan volume panen cabai.
"Cabai itu memang agak challenging ya, karena cuaca, dan dia rentan. Kalau misalnya ada embun saja itu dia mempengaruhi bahkan pucuk dari cabainya, dan itu bisa langsung menyebar ke seluruhannya," kata Dyah.
Baca Juga: Waspada Cuaca Ekstrem! Wamendag Pantau Pasokan Pangan dan Antisipasi Lonjakan Harga Cabai
Ia menambahkan, hujan membuat stok cabai di pasaran tidak terlalu banyak, sementara permintaan masyarakat tetap tinggi. Kondisi tersebut kemudian mendorong harga bertahan di level tinggi meski tren mulai menurun.
"Jadi di mana biasanya stoknya itu tidak terlalu banyak, sehingga tentunya harganya juga naik. Nah semakin hujan biasanya trennya seperti itu," ucapnya.
Dyah Roro menyebut, Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mencari solusi jangka menengah, khususnya dalam menjaga pasokan cabai di tengah tantangan cuaca ekstrem.
"Ke depannya kita akan berkoordinasi dengan lintas kementerian, termasuk Kementerian Pertanian, untuk memastikan bagaimana cadangan dan produksi cabai itu bisa semakin optimal," pungkasnya.