Suara.com - Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Bobby Nasution, menyoroti tingginya harga avtur di Bandara Kualanamu (KNIA), Deli Serdang. Dia menyebut avtur di bandara tersebut termahal di Indonesia.
Kondisi ini membuat sejumlah maskapai penerbangan memilih mengisi bahan bakar pesawat di luar negeri seperti Malaysia untuk menekan biaya operasional.
"Ada maskapai saya tidak sebutkan maskapai apa, tapi maskapai swasta dia biasanya ngambil rutenya pintar. Dari Jakarta dia terbang ke Medan, dari Medan dia terbang ke Penang Kuala Lumpur. Mengisi minyak full dia di sana, lalu terbang ke Kualanamu ngisi minyak sedikit, lalu terbang ke Jakarta," kata Bobby.
Menurut Bobby, tingginya harga avtur Kualanamu berdampak langsung pada harga tiket pesawat. Tiket rute Medan-Jakarta misalnya, cenderung lebih mahal dibandingkan rute Jakarta-Medan.
"Soekarno-Hatta itu harga avtur lebih murah dibandingkan Kualanamu. Begitu terbang ke Kualanamu dia harus isi avtur, terbang lagi, dia harus nambah harga tiketnya sedikit biar harga avturnya tertutupi," jelasnya.
Harga avtur di Bandara Kualanamu disebut mencapai Rp14.500 per liter. Sementara di Bandara Soekarno-Hatta sekitar Rp12.000 per liter, dan di Malaysia bahkan hanya Rp9.000–Rp10.000 per liter.
"Bayangkan selisihnya, pesawat ini bukan mengisinya kayak mobil. Jadi mengisinya berton-ton," ujarnya.
Bobby mengungkapkan tingginya harga avtur membuat banyak maskapai asing menutup rute penerbangan ke Medan.
Padahal, Bandara Kualanamu dirancang menjadi gerbang utama Indonesia bagian barat dengan fasilitas transportasi terintegrasi, termasuk kereta bandara pertama di Indonesia.
"Kalau harga avtur bisa diturunkan, efek dominonya luar biasa. Aero industri kita bisa berjalan, kawasan Kualanamu yang stagnan bisa berkembang, tenaga kerja terbuka, dan ekonomi berputar," tegas Bobby.
Menanggapi hal tersebut, Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara menegaskan bahwa harga avtur di seluruh Indonesia telah ditetapkan berdasarkan formula nasional.
"Formula ini mengacu pada regulasi pemerintah dengan mempertimbangkan harga minyak dunia, kurs, serta biaya operasional lainnya. Hal ini diterapkan secara transparan dan berlaku sama bagi seluruh bandara di Indonesia," kata Area Manager Communication Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Fahrougi Andriani Sumampouw, Selasa (26/8/2025).