Salah satu kekhawatiran terbesar dari kebijakan fiskal yang ekspansif adalah lonjakan inflasi. Namun, Purbaya dengan percaya diri menepis kekhawatiran tersebut.
"Inflasi terjadi kalau pertumbuhan di atas laju pertumbuhan potensial. Kita (potensial) 6,5% atau lebih. Kita masih jauh dari inflasi," jelasnya.
Menurutnya, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih di bawah level potensialnya (masih di sekitar 5%), maka menyuntikkan stimulus ke dalam perekonomian tidak akan memicu inflasi yang berbahaya.
"Jadi ruang kita untuk tumbuh lebih cepat terbuka lebar tanpa memancing inflasi," tegasnya.
Pernyataan resmi Purbaya Yudhi Sadewa ini adalah sebuah sinyal yang sangat jelas bagi pasar dan dunia usaha.
Pemerintah di bawah komando barunya siap untuk "menginjak gas" dalam hal belanja negara untuk mengejar target pertumbuhan yang lebih tinggi. Kini, publik menanti bagaimana janji ini akan diterjemahkan ke dalam angka-angka konkret di APBN.
Bagaimana menurut Anda arah kebijakan fiskal yang lebih ekspansif ini?
Apakah ini adalah langkah yang tepat untuk Indonesia saat ini, atau justru berisiko? Diskusikan di kolom komentar!
Baca Juga: Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?