-
IHSG ditutup melemah 0,12 persen pada level 8.043 hari ini
-
Pelemahan dipengaruhi sentimen shutdown AS dan ketidakpastian politik Jepang
-
Inflasi Indonesia naik 2,65 persen didorong harga makanan, surplus perdagangan melebar
Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup meloyo pada perdagangan, Rabu, 1 Oktober 2025. IHSG memerah ke level 8.043 atau turun 0,12 persen.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 58,14 miliar lembar saham diperdagangkan, dengan nilai transaksi Rp 23,9 triliun, serta nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 14,85 triliun.
Adapun, pada hari ini, sebanyak 300 saham menguat, 400 saham melemah, dan sisanya 257 tidak alami pergerakan.
Dari jajaran top gainers, saham EMAS melonjak 9,89 persen ke Rp 4.000, diikuti POLU (+9,87 persen) dan FILM (+8,96 persen). Sementara itu, saham BNLI anjlok 7,56 persen ke Rp5.500, disusul UNIC (-4,86 persen) dan GGRM (-4,29 persen) di jajaran top losers.
Philips Sekuritas Indonesia dalam riset hariannya menyebut, pelemahan IHSG ini berkat dari sentimen global dan domestik.
![Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/08/41391-ihsg-indeks-harga-saham-gabungan-bursa-efek-ilustrasi-bursa-ilustrasi-ihsg.jpg)
Pasar Asia ditutup bervariasi di tengah bayang-bayang potensi penutupan pemerintahan (shutdown) AS. Dari Jepang, ketidakpastian politik meningkat seiring pemilihan pemimpin baru Partai Liberal Demokrat (LDP) untuk menggantikan Perdana Menteri Shigeru Ishiba akhir pekan ini.
Bank of Japan (BOJ) merilis Tankan Survey 3Q25, yang menunjukkan indeks produsen besar naik ke +14, level tertinggi sejak akhir 2024. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa BOJ akan segera menaikkan suku bunga karena inflasi yang konsisten di atas target.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik mencatat inflasi September naik 2,65 persen (yoy), tertinggi sejak Mei 2024. Kenaikan ini didorong lonjakan harga bahan makanan. Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia melebar ke USD 5,49 miliar, terbesar sejak Oktober 2022.
Adapun PMI manufaktur Indonesia sedikit turun ke 50,4 dari 51,5 di bulan sebelumnya, namun tetap menandai ekspansi dua bulan berturut-turut.
Baca Juga: Awal Oktober Merah, IHSG Dihantam Aksi Profit Taking Saham Big Caps