- Bernardino Moningka Vega, Wakil Ketua Umum KADIN menegaskan bahwa Pindar adalah solusi nyata bagi jutaan masyarakat yang selama ini terpinggirkan dari layanan perbankan.
- Pindar telah menjadi pintu masuk kredit bagi 132 juta penduduk dan 46 juta UMKM yang tidak terlayani oleh bank tradisional.
- Fenomena ini membuktikan bahwa Pindar efektif menjangkau kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak memenuhi syarat.
Suara.com - Di tengah sentimen negatif yang kerap menyertai, industri pinjaman daring (Pindar) atau fintech lending justru diklaim memainkan peran krusial sebagai agen percepatan inklusi keuangan di Indonesia.
Bernardino Moningka Vega, Wakil Ketua Umum KADIN sekaligus Bos AdaKami, menegaskan bahwa Pindar adalah solusi nyata bagi jutaan masyarakat yang selama ini terpinggirkan dari layanan perbankan formal.
Dalam diskusi panel yang digelar PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK) di Jakarta, Bernardino menyebut bahwa Pindar telah menjadi pintu masuk kredit bagi 132 juta penduduk dan 46 juta UMKM yang tidak terlayani oleh bank tradisional.
“Kemudahan dan kecepatan akses pembiayaan melalui fintech lending menjadi solusi bagi masyarakat maupun UMKM yang membutuhkan, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” ujar Bernardino dikutip Selasa (7/10/2025).
Pernyataan Bernardino diperkuat oleh hasil studi terbaru yang menunjukkan bahwa banyak peminjam pertama kali justru mengakses kredit melalui platform fintech. Fenomena ini membuktikan bahwa Pindar efektif menjangkau kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak memenuhi syarat atau tidak tersentuh sistem perbankan konvensional.
Meskipun demikian, Bernardino mengakui adanya pekerjaan rumah besar. Penetasi Pindar di luar Jawa masih sangat rendah, hanya 32% di pedesaan dibandingkan 49% di wilayah metropolitan.
Untuk mengatasi ketimpangan ini, ia menekankan pentingnya beberapa faktor kunci: integrasi dengan biro kredit, peningkatan penetrasi internet dan telepon seluler, regulasi yang kuat, serta kolaborasi antar pihak.
Lebih dari sekadar volume transaksi, Bernardino menegaskan bahwa pertumbuhan industri harus diukur dari kenyamanan dan keamanan konsumen. Ia menekankan perlunya penyaluran pembiayaan yang mematuhi standar jelas dan praktik etis.
"Pertumbuhan industri tidak hanya diukur dari volume transaksi atau profit, tetapi juga dari kenyamanan dan keamanan konsumen,” jelasnya.
Baca Juga: Viral Peras Pabrik Chandra Asri, Ketua Kadin Cilegon Dituntut 5 Tahun Penjara