- Presiden Prabowo mewajibkan menteri menggunakan mobil dinas Maung.
- Kebijakan ini mengingatkan pada teladan Menkeu Mar'ie Muhammad.
- Mar'ie Muhammad dikenal sederhana karena memakai mobil Kijang tuanya.
Suara.com - Satu instruksi tegas datang dari Presiden Prabowo Subianto dalam sidang kabinet yang digelar pada Senin awal pekan ini.
Para menteri dan kepala lembaga diwajibkan untuk menggunakan kendaraan taktis (rantis) Maung, produksi PT Pindad (Persero), sebagai mobil dinas resmi mereka.
Kebijakan ini tidak hanya bertujuan untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri, tetapi juga sontak mengingatkan publik pada antitesis gaya hidup pejabat: kesederhanaan legendaris ala Menteri Keuangan era Orde Baru, Mar'ie Muhammad.
Perintah Presiden Prabowo disampaikan dengan nada yang tidak main-main, menekankan bahwa penggunaan mobil produksi anak bangsa adalah sebuah keharusan.
Prabowo, yang juga menggunakan Maung sebagai mobil kepresidenannya, ingin para pembantunya mengikuti jejak yang sama.
"Sebentar lagi saudara-saudara semua harus pakai mobil Maung. Saya tidak mau tahu. Mobil-mobil yang bagus itu, kalau libur saja dipakainya," kata Prabowo.
Menanggapi arahan tersebut, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadhewa menyatakan dari sisi anggaran, tidak ada kendala.
Dana untuk pengadaan kendaraan dinas baru ini sudah tersedia. Namun, pelaksanaannya kini bergantung pada kapasitas dan kesiapan industri dalam negeri, dalam hal ini PT Pindad, untuk memproduksi unit Maung dalam jumlah yang dibutuhkan.
"Tergantung industrinya ya. Saya kan menargetkan uang saja. Uangnya ada kok," kata Purbaya, Selasa (21/10/2025).
Baca Juga: Data BI Patahkan Tudingan Purbaya soal Dana Nganggur Rp1,4 T, KDM: Jangan Ada Lagi Pernyataan Keliru
Kisah Teladan dari Kijang Tua Milik 'Mr. Clean'
Seruan Prabowo untuk mengganti mobil dinas dengan rantis buatan lokal ini seolah membuka kembali lembaran sejarah tentang seorang pejabat yang justru memilih menanggalkan kemewahan fasilitas negara.
Dia adalah Mar'ie Muhammad, Menteri Keuangan periode 1993-1998 yang dijuluki "Mr. Clean" karena integritasnya yang tanpa kompromi.
Sebuah cerita ikonik yang melegenda terjadi pada tahun 1996.
Saat itu, Mar'ie dijadwalkan menerima anugerah Bintang Mahaputra dari Presiden Soeharto di Istana Negara.
![Menteri Keuangan Orde Baru, Mar'ie Muhammad [YouTube: Kemenkeu RI].](https://media.suara.com/pictures/original/2019/03/06/79659-marie-muhammad.jpg)
Alih-alih datang dengan sedan Volvo atau Toyota Crown hitam mengilap yang menjadi standar mobil menteri kala itu, Mar'ie justru memilih mengendarai mobil pribadinya: Kijang tua keluaran tahun 1980-an, ditemani sang istri.
Setibanya di gerbang Istana Negara, laju mobilnya dihentikan oleh petugas keamanan.
Paspampres yang berjaga tidak mengenali bahwa penumpang di dalam mobil sederhana itu adalah seorang menteri keuangan.
Mereka mengira Mar'ie dan istrinya adalah tamu biasa yang salah masuk gerbang VVIP.
Namun, setelah Mar'ie dengan tenang menunjukkan identitasnya dan menjelaskan tujuannya, para petugas itu terkejut, buru-buru meminta maaf, dan mempersilakannya masuk.
Prinsip di Atas Gengsi
Kejadian tersebut bukanlah sebuah kebetulan atau pencitraan. Dalam autobiografinya yang berjudul Mr. Clean Marie Muhammad (2025), terungkap bahwa tindakan itu berakar dari prinsip hidup yang ia pegang teguh. Baginya, fasilitas negara memiliki batasan yang jelas.
"Mobil dinas harus dipakai saat urusan pekerjaan, bukan ketika ada urusan pribadi," ujarnya suatu ketika.
Filosofi ini juga tercermin dalam gaya hidupnya sehari-hari.
Menurut penuturan putranya, Mar'ie adalah sosok yang tidak suka mengganti barang selama masih berfungsi dengan baik.
Baginya, efisiensi jauh lebih penting daripada gengsi yang melekat pada sebuah jabatan.
"Semisal soal mobil, berharga Rp 100 juta dengan Rp 500 juta sama saja kan? Sama seperti jam tangan atau sepatu. Kalau belum rusak, ya tetap dipakai," kata anak Mar'ie.
Kesederhanaan Mar'ie terbukti berbanding lurus dengan kinerjanya yang cemerlang.
![Mar'ie Muhammad [istimewa]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/08/27/22751-marie-muhammad-istimewa.jpg)
Saat menjabat sebagai Dirjen Pajak, ia berhasil melipatgandakan target penerimaan negara dari Rp9 triliun menjadi Rp19 triliun.
Sebagai Menteri Keuangan, kebijakan fiskalnya yang hati-hati dan cermat dinilai berhasil menjaga stabilitas anggaran dan menunda dampak krisis ekonomi.
Atas prestasinya, majalah Asiamoney menobatkannya sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia pada 1995.
Setelah pensiun pada 1998, ia mengabdikan sisa hidupnya di dunia kemanusiaan dan gerakan anti-korupsi hingga wafat pada 11 Desember 2016.