Pabrik New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil : Kita Tak Perlu Lagi Impor!

Kamis, 06 November 2025 | 15:49 WIB
Pabrik New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil : Kita Tak Perlu Lagi Impor!
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. [Suara.com/Achmad Fauzi].
Baca 10 detik
  • Presiden Prabowo meresmikan pabrik New Ethylene Project PT Lotte Chemical Indonesia senilai 4 miliar dolar AS di Cilegon, Banten.
  • Pabrik ini mampu menekan impor petrokimia hingga 70% dan menghasilkan pendapatan sekitar 2 miliar dolar AS per tahun.
  • Proyek ini menjadi kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir dan salah satu investasi petrokimia terbesar di Asia Tenggara

Suara.com - Pabrik New Ethylene Project PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) baru saja diresmikan Presiden Prabowo Subianto di di Cilegon, Banten pada Kamis (6/11/2025). 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia yang turut hadir pada peresmiannya menyebut,  keberadaan pabrik hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) itu akan menekan kebutuhan impor produk petrokimia di dalam negeri. 

"Dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti tahun sebelumnya, sebanyak 70 persen adalah substitusi impor, 30 persen kita ekspor. Total nilainya, revenue-nya, jualannya per tahun itu 2 miliar Dolar AS" kata Bahlil dalam sambutannya. 

Bahlil mengungkap, proses pembangunan New Ethylene Project setidaknya menelan dana sebesar 4 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 64 triliun. 

Proyek itu pun disebutnya sebagai salah satu investasi petrokimia terbesar di Asia Tenggara. 

"Konstruksi proyek ini mulai tahun 2022. Dan berhasil mulai beroperasi pada Oktober 2025," katanya menambahkan. 

Presiden Prabowo Subianto meresmikan Pabrik New Ethylene Project PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) Cilegon, Banten. Kepala negara mengingat jasa Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi yang memulai proyek tersebut. (Suara.com/Novian)
Presiden Prabowo Subianto meresmikan Pabrik New Ethylene Project PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) Cilegon, Banten. Kepala negara mengingat jasa Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi yang memulai proyek tersebut. (Suara.com/Novian)

Di sisi lain, pabrik ini juga merupakan kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir.

Setelah sepenuhnya beroperasi, pabrik ini akan menghasilkan produk hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) senilai 2 miliar Dolar AS / per tahun. 

Sebesar 1,4 miliar Dolar AS di antaranya  merupakan substitusi impor dan 600 juta Dolar AS berkontribusi pada peningkatan ekspor nasional. 

Baca Juga: New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil Curhat Proses Pembangunannya di Depan Prabowo!

Di pabrik ini, bahan baku berupa Naphta (3,200kTA) (LPG 0~50 persen) menjadi Produk Hulu dan Produk Hilir. 

Adapun produk hulu berupa Ethylene (1,000kTA), Propylene (520kTA), Mixed C4 (320kTA), Pyrolysis Gasoline (675kTA), Pyrolisis Fuel Oil (26kTA), dan Hydrogen (45kTA).

Sementara produk hilir berupa High Density Poly Ethylene (250kTA), Linear Low Density Poly Ethylene (200kTA), Poly Propylene (350kTA), Butadine (140kTA), Raffinate (180kTA), Benzene, Toluene, Xylene (400kTA). 

Produk-produk tersebut akan menjadi bahan baku penting pembuatan botol plastik, kabel, bumper mobil, peralatan medis, ban, karet sintetis, pembasmi serangga, dan cat.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI