-
SPBU Vivo dilaporkan mendekati kesepakatan untuk membeli pasokan BBM dari Pertamina Patra Niaga.
-
Volume BBM yang diajukan Vivo dalam negosiasi berkisar sekitar 100 ribu barel.
-
Kesepakatan ini dilakukan menyusul kelangkaan BBM yang sempat dialami Vivo dan Shell di Indonesia.
Suara.com - Masalah kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sempat melanda jaringan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta seperti Vivo dan Shell mulai menemukan titik terang.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa badan usaha pengelola SPBU Vivo tengah mendekati kesepakatan untuk membeli pasokan BBM dari Pertamina Patra Niaga.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menyampaikan perkembangan positif ini saat ditemui di Jakarta, Jumat (7/11).
“Sedang bernegosiasi dengan badan usaha Patra Niaga dan kemarin memang kami mendapatkan info bahwa Vivo sudah mendekati (kesepakatan),” ucap Laode Sulaeman.
Laode juga mengungkapkan bahwa volume BBM yang diajukan oleh Vivo dalam negosiasi ini berkisar di angka 100 ribu barel.
"Awalnya juga kan Vivo sudah minta 100 ribu barel. Harusnya, ini belum diputus, harusnya ya sama,” tambahnya, mengisyaratkan volume kesepakatan akan sama dengan usulan awal.
Kelangkaan BBM memang menjadi isu yang melanda beberapa SPBU swasta, di mana Vivo mengalami kelangkaan menyusul SPBU Shell yang sudah lebih dulu kesulitan pasokan sejak pertengahan Agustus.
Meskipun demikian, BBM jenis diesel di SPBU Vivo, seperti Diesel Primus Plus, dilaporkan masih tersedia.
Di sisi lain, negosiasi dengan SPBU Shell, yang juga mengalami isu pasokan serupa, masih dalam proses. Laode Sulaeman mengungkapkan bahwa pihaknya berencana bertemu dengan Shell untuk membahas rincian kesepakatan BBM tersebut.
Baca Juga: Daihatsu Siap Sambut Era Etanol, Semua Model Kompatibel dengan E10
Hubungan kerja sama antara Vivo dan Pertamina Patra Niaga sendiri memiliki riwayat dinamis. Sebelumnya, pada September, Pertamina Patra Niaga sempat menjalin kesepakatan jual beli base fuel (bahan bakar murni) dengan PT Vivo Energy Indonesia.
Dalam kesepakatan itu, Vivo menyetujui pembelian 40 ribu barel dari total 100 ribu barel base fuel impor Pertamina.
Namun, kesepakatan tersebut sempat dibatalkan oleh Vivo menyusul temuan kandungan etanol sekitar 3,5 persen pada hasil uji lab base fuel tersebut.
Terbaru, Pertamina Patra Niaga pada Oktober lalu mengumumkan bahwa Vivo dan pengelola SPBU bp (PT Aneka Petroindo Raya) sepakat menindaklanjuti rencana kerja sama impor BBM ke tahap pembicaraan yang lebih teknis.
Perkembangan terakhir ini menunjukkan langkah maju yang signifikan untuk menstabilkan pasokan BBM ritel non-subsidi di SPBU swasta.