-
Rupiah dibuka menguat tipis 0,07% ke Rp16.716 per dolar AS, mengikuti penguatan beberapa mata uang Asia lainnya.
-
Pergerakan Rupiah dipengaruhi faktor global, termasuk perbedaan pandangan pejabat The Fed soal suku bunga dan meningkatnya ketegangan Rusia–NATO.
-
Dari dalam negeri, sentimen tertekan oleh target defisit APBN 2026 yang lebih tinggi dari batas aman, memicu kekhawatiran fiskal
Suara.com - Nilai tukar Rupiah dibuka menguat pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Jumat (14/11/2025) dibuka di level Rp 16.716 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Alhasil, Rupiah akhirnya bangkit 0,07 persen dibanding penutupan pada Kamis yang berada di level Rp 16.728 per Dolar AS.
Hal ini membuat mata uang Indonesia kembali sembuh perlahan di akhir pekan.
Beberapa mata uang Asia lainnya juga bergerak fluktuatif. Salah satunya, Won Korea mencatat penguatan terbesar yakni 0,41 persen, disusul Peso Filipina yang naik 0,20 persen, Rupiah menguat 0,07 persen, Baht Thailand menguat 0,07 persen.
Diikuti Yuan China menguat 0,01 persen, Dolar Hong Kong menguat 0,006 persen.
Sedangkan beberapa mata uang Asia lainnya melemah terhadap Dolar AS pagi ini.
Dolar Taiwan melemah 0,24 persen, Ringgit Malaysia melemah 0,10 persen, dan Yen Jepang melemah 0,006 persen.
Sementara itu, indeks Dolar yang mencerminkan nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 99,18, naik dari sehari sebelumnya yang ada di 99,15.
Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah ini disebabkan oleh dua faktor yakni dari global maupun domestik.
Baca Juga: Cadangan Devisa RI Terkuras di 2024, Gubernur BI Ungkap Alasan Utama di Baliknya
Salah satunya sektor global disebabkan oleh para pembuat kebijakan Fed terbagi pendapat mengenai penurunan suku bunga di tengah kekhawatiran inflasi.
Sebab, Gubernur Fed Stephen Miran menggambarkan kebijakan moneter AS terlalu ketat, terutama karena ia yakin meredanya inflasi perumahan akan meredakan tekanan harga.
Sementara itu, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, pada hari Rabu mengatakan bahwa ia lebih suka mempertahankan suku bunga tetap seperti saat ini sampai ada "bukti jelas" bahwa inflasi kembali ke target 2 persen Fed.
Selain itu, Moskow menyadari bahwa negara-negara Barat anggota NATO sedang mempersiapkan persenjataan untuk kemungkinan konfrontasi langsung dengan Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Moskow juga sepenuhnya siap menghadapi kemungkinan konflik semacam itu.
Peskov mengatakan, dia sependapat dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa militerisasi Eropa yang pesat membuat perang langsung antara Rusia dan NATO semakin tak terelakkan.