-
Rupiah dibuka menguat tipis 0,2% ke level Rp16.625 per dolar AS pada perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, di tengah pergerakan bervariasi mata uang Asia.
-
Penguatan Rupiah dipengaruhi faktor eksternal dan internal, termasuk dinamika geopolitik global seperti ketegangan AS–Rusia–China serta arus keluar modal asing dari Indonesia.
-
Bank Indonesia terus mengandalkan cadangan devisa (cadev) untuk menjaga stabilitas nilai tukar di tengah tekanan aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik
Suara.com - Nilai tukar Rupiah dibuka menguat pada perdagangan hari ini Jumat 24 Oktober 2025.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.15 W5 WIB, Rupiah spot ada di level Rp 16.625 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Mata uang garuda menguat, 0,2 persen dari penutupan sebelumnya Rp 16.629 per Dolar Amerika.
Sedangkan beberapa mata uang Asia bergerak bervariasi.
Salah satunya adalah Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,17 persen.
Berikutnya ada Ringgit Malaysia yang terlihat menguat tipis 0,03 persen terhadap the greenback.
![Ilustrasi Yen. [Pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/06/44017-ilustrasi-yen.jpg)
Sementara itu, Yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 0,22 persen. Disusul, Pesso Filipina yang terkoreksi 0,06 persen.
Kemudian ada Dolar Singapura dan Dolar Taiwan yang sama-sama terdepresiasi 0,05 persen.
Lalu, Baht Thailand yang tertekan 0,04 persen. Diikuti, Dolar Hongkong yang turun 0,01 persen dan Yuan China melemah tipis 0,004 persen di pagi ini.
Baca Juga: Rupiah Melemah pada Kamis Petang
Dalam hal ini pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah menguat disebabkan faktor internal dan eksternal.
Di eksternal disebabkan oleh Amerika siap mengambil tindakan lebih lanjut seiring mendesak Moskow untuk segera menyetujui gencatan senjata dalam perangnya di Ukraina.
Sebuah laporan Reuters menyatakan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk membatasi berbagai ekspor berbasis perangkat lunak ke China sebagai balasan atas pembatasan ekspor tanah jarang terbaru yang diberlakukan Beijing.
Sedangkan dalam internal disebabkan oleh arus modal asing yang keluar cukup deras di pasar keuangan.
"Pasar merespon negatif terhadap pernyataan Bank Indonesia bahwa aliran modal asing yang terus keluar dari Indonesia membuat pihaknya terus mengandalkan cadangan devisa (cadev). Sebab, tekanan terhadap aliran modal asing itu turut mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat," jelasnya.