- Mirae Asset Sekuritas memprediksi laba bersih BRMS melonjak 80% mencapai $108 juta pada 2026.
- BRMS akan bertransformasi menjadi pemain multiaset didukung efisiensi CIL dan tambang bawah tanah berkadar emas tinggi.
- Lonjakan terbesar terjadi pada 2026, dengan pendapatan naik 42,31% yoy ke US$380 juta.
Suara.com - PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diprediksi memasuki era profitabilitas yang sangat kuat.
Analisis terbaru dari Mirae Asset Sekuritas memperkirakan laba bersih perusahaan tambang mineral ini akan melonjak hingga 80% pada tahun 2026, mencapai US$108 juta.
Proyeksi fundamental yang bullish ini mendorong Mirae Asset Sekuritas menginisiasi riset saham BRMS dengan rekomendasi beli dan target price yang agresif.
Analis Mirae Asset, Muhammad Farras Farhan dan Wilbert Arifin, menyatakan bahwa BRMS siap bertransformasi menjadi pemain multiaset, yakni emas dan tembaga, yang didukung oleh aset Citra Palu Mineral (CPM) dan peningkatan kapasitas pengolahan hingga 8.500 ton per hari (tpd).
Mirae Asset memproyeksikan BRMS akan mencetak profitabilitas yang kuat, didorong oleh lonjakan volume produksi dore. BRMS diyakini berada di posisi optimal untuk meningkatkan hasil produksi emas menjadi 91,9 ribu ounce (koz) pada tahun 2026 dan 105,7 ribu koz pada tahun 2027.
Lonjakan produksi ini disokong oleh beberapa faktor kunci:
- Peningkatan Kapasitas CIL: Peningkatan kapasitas pabrik Carbon in Leach (CIL) CPM menuju 8.500 tpd berjalan efisien.
- Tambang Bawah Tanah Berkadar Tinggi: Pengembangan tambang bawah tanah ditaksir mulai beroperasi pada paruh kedua tahun 2026. Tambang ini memiliki cadangan sebesar 18,8 juta ton dengan kadar emas unggul 4,9 g/t, menjadikannya sangat layak secara ekonomi. Tambang ini menggunakan metode longhole stoping yang dikenal mampu menghasilkan bijih secara efisien.
Harga Emas Konstruktif dan Analisis Makro
Di luar faktor operasional, prospek BRMS juga ditopang oleh lingkungan harga emas global yang konstruktif. Mirae Asset memproyeksikan harga emas tetap kuat pada tahun 2026, berada di kisaran US$3.900–4.000 per ounce.
Proyeksi harga emas yang tinggi ini didasarkan pada melemahnya Indeks Dolar AS (DXY). Analisis regresi Mirae Asset menunjukkan hubungan terbalik yang kuat antara harga emas dan DXY.
Baca Juga: Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
Melemahnya DXY dipengaruhi oleh potensi penurunan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) dan pelebaran defisit Amerika Serikat.
Mirae Asset Sekuritas menginisiasi riset BRMS dengan rekomendasi Trading Buy dan menetapkan Target Harga Rp1.100 menggunakan metode Sum of The Parts (SOTP).
Target harga ini mencerminkan rasio Price to Earnings Ratio (PER) 2026 sebesar 84,8 kali.
BRMS menawarkan nilai tambah signifikan melalui diversifikasi ke komoditas lain seperti seng dan timbal, serta potensi monetisasi aset Gorontalo Minerals (GM) yang dinilai masih di bawah harga pasar, serta eksplorasi blok tambang CPM lainnya.
Secara pendapatan, BRMS diproyeksi tumbuh 64,81% yoy ke US$267 juta pada akhir 2025 (laba bersih US$60 juta).
Lonjakan terbesar terjadi pada 2026, dengan pendapatan naik 42,31% yoy ke US$380 juta dan laba bersih tumbuh 80% menjadi US$108 juta.