Rupiah Meroket Hari Ini, Ini 2 Faktor Rahasia yang Bikin Dolar AS Babak Belur

Selasa, 25 November 2025 | 15:46 WIB
Rupiah Meroket Hari Ini, Ini 2 Faktor Rahasia yang Bikin Dolar AS Babak Belur
Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah ditutup menguat 0,25 persen di level Rp 16.657 per USD pada Selasa, 25 November 2025.
  • Penguatan rupiah dipicu sentimen pemangkasan suku bunga The Fed dan harapan stabilitas APBN domestik.
  • Mata uang Asia lain beragam, di mana Won Korea Selatan melonjak paling tinggi sementara Peso Filipina melemah.

Suara.com - Nilai tukar rupiah terus berada di zona hijau pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar Selasa (25/11/2025) ditutup di level Rp 16.657 per USD.

Tentunya, rupiah terus bangkit 0,25 persen dibanding penutupan pada Senin yang berada di level Rp 16.999 per dolar AS

Sedangkan, beberapa mata uang asia menunjukkan fluktuatif terhadap dolar. Misalnya, Won Korea Selatan menjadi mata uang yang paling tinggi melonjak 0,44 persen. Diikuti ringgit Malaysia juga melesat 0,04 persen.

Berikutnya, baht Thailand yang terapresiasi 0,16 persen dan dolar Hongkong naik 0,08 persen. Disusul, dolar Taiwan yang menguat 0,01 persen. Lalu, dolar Singapura yang sama-sama menanjak 0,13 persen. 

Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Sedangkan, peso Filipina menjadi mata uang yang melemah setelah turun tipis 0,06 persen terhadap the greenback.

Selanjutnya ada yen Jepang yang terkoreksi 0,14 persen dan yuan China juga terkoreksi 0,11 persen.

Penyebab Rupiah Perkasa

Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah ini disebabkan oleh dua faktor yakni dari global maupun domestik. 

Salah satunya faktor global mengenai sentimen pelaku pasar tampaknya yakin bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember seiring terus mengalirnya data ekonomi AS. Hal tersebut terlihat dari komentar dovish para pejabat Federal Reserve yang meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Desember.

Baca Juga: Jangan Sampai Tertipu! BI Tegaskan Desain Uang Rupiah Redenominasi di Medsos Itu Hoaks

"Saat ini Pelaku pasar bersiap untuk data ekonomi AS terbaru untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter," bebernya.

Selain itu, AS dan Ukraina terlihat bekerja sama dalam kesepakatan damai Rusia Para pejabat AS dan Ukraina terlihat bekerja sama untuk menyusun rencana komprehensif guna mengakhiri perang dengan Rusia, menurut laporan pada hari Senin. 

Keduanya juga mengumumkan rencana yang telah direvisi setelah perundingan damai di Jenewa pada hari Minggu, meskipun hanya sedikit detail yang dibagikan. Washington awal bulan ini telah mengungkapkan rencana 28 poin yang bertujuan untuk mengakhiri perang, meskipun proposal tersebut dikritik karena sangat condong ke kepentingan Rusia.

Sedangkan di dalam negeri dipengaruhi oleh Presiden Prabowo Subianto punya harapan soalpengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dia ingin APBN pada 2027 atau 2028 tidak lagi deficit. Dengan begitu, pendapatan dan belanja negara seimbang atau bahkan pendapatan lebih besar daripada belanja. Keinginan tersebut diungkapkan Prabowo saat menyampaikan nota keuangan dalam Sidang Tahunan MPR pada 15 Agustus 2025.

"Dalam nota keuangan tersebut, menyampaikan target defisit APBN 2026 sebesar 2,48 persen dari produkdomestik bruto (PDB). Artinya, butuh waktu setahununtuk menekan defisit dari 2,48 persen menjadi nolseperti cita-cita Prabowo," pungkasnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI