Suara.com - Nama Hariono melekat sebagai salah satu legenda Persib Bandung. Sebelum menjadi legenda, ada kisah miris dalam perjalanannya hingga dikenal sebagai pahlawan bagi Bobotoh.
Hariono merupakan salah satu pemain paling loyal dalam sejarah Persib Bandung, kendati dirinya berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur.
Pria yang lahir pada 2 Oktober 1985 itu memulai kariernya di tanah kelahirannya, Sidoarjo, dengan bermain bagi Persida dan Deltras Sidoarjo sejak 2003 hingga 2008.
Pada tahun 2008, Hariono diboyong oleh mantan pelatihnya di Deltras Sidoarjo, Jaya Hartono, yang di saat bersamaan ditunjuk sebagai pelatih Persib Bandung.
Meski kedatangannya saat itu seakan seperti ‘pemain bawaan’ pelatih, Hariono tetap bisa merebut hati Bobotoh berkat gaya bermainnya yang ngotot.
Terbukti, Hariono mampu bertahan di Persib Bandung selama 11 tahun lamanya. Hingga akhirnya pada 2019, kontrak pria yang kini berusia 38 tahun itu tak diperpanjang.
Meski kontraknya tak diperpanjang, Hariono nyatanya tetap mendapat penghargaan dari Persib, di mana nomor punggung 24 andalannya dipensiunkan.
Setelah cabut dari Persib, Hariono sempat melanglang buana ke klub Liga 1 lainnya, Bali United, hingga klub Liga 2, PSIM Yogyakarta, dan kini kembali ke klub lamanya, Deltras Sidoarjo.
Karier Hariono yang melegenda itu didapat bukan dengan cara yang mudah. Pasalnya, pemain berjuluk Si Gondrong itu memulai segalanya dari bawah.
Baca Juga: Ekonomi Kreatif Suporter: Berawal Awayday, Bobotoh Ini Raup Cuan di Bisnis Merchandise
Salah satunya adalah saat dirinya rela bekerja sebagai kuli panggul. Seperti apa kisah Hariono kala menjalani profesi kuli panggul?
Jadi Kuli Panggul
Dikutip dari kanal YouTube TV Favorit, Hariono menjadi kuli panggul saat usianya berkisar 15 tahun, atau sejak dirinya masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Saat itu, Hariono menjadi kuli panggul di sebuah supermarket/minimarket. Tak tanggung-tanggung, ia menggeluti profesi kasar tersebut selama 3-4 tahun.
Disebutkan dari sumber yang sama, pekerjaan itu diambil karena Hariono memilih fokus untuk mencari dan mengumpulkan uang.
Bahkan bila dibandingkan pesepak bola Indonesia lainnya, Hariono tergolong telat terjun ke lapangan hijau.