Sebelum dua pertandingan tersebut, Timnas Indonesia percaya diri bisa menang. Alih-alih menang, skuad Garuda justru ditahan imbang Bahrain lewat gol menit akhir.
Kemudian Shin Tae-yong pun makin dicecar karena bereksperimen di laga kontra China, sehingga Timnas Indonesia harus menelan kekalahan dengan skor 1-2.
3. Manajemen Pemain

Sebagai pelatih, Shin Tae-yong diwajibkan bisa memaksimalkan pemain yang dimilikinya. Hanya saja, belakangan eks pelatih Timnas Korea Selatan ini dianggap melakukan blunder dalam pemilihan pemain.
Sebagai contoh adalah masalah Eliano Reijnders, di mana PSSI yang mengebut proses naturalisasinya, justru tak dilirik dan diasingkan oleh Shin Tae-yong dalam beberapa laga terakhir.
Contoh lainnya ada pada masalah Elkan Baggott. Alih-alih merampungkan masalah itu, Shin Tae-yong justru mengabaikan bek berusia 22 tahun itu sejak Juni 2024.
4. Kegagalan di Piala AFF 2024

Banyak yang menilai kegagalan di Piala AFF 2024 tak bisa begitu saja dibebankan kepada Shin Tae-yong, karena skuad yang digunakan mayoritas adalah pemain U-22.
Namun, keputusan menggunakan pemain U-22 itu disebut-sebut merupakan kesepakatan antara PSSI dan Shin Tae-yong karena sebagai proyeksi untuk SEA Games 2025.
Baca Juga: Marc Klok Soal STY Dipecat: Ada Sukses, Ada Tidak Sukses
Masalah ini kian pelik dengan komentar Shin Tae-yong yang menyebut bahwa dirinya bisa menjadi juara andai bisa menurunkan pemain senior pasca disingkirkan oleh Filipina.
5. Masalah Taktik
Meski mampu mengangkat prestasi Timnas Indonesia, Shin Tae-yong masih mendapat kritikan keras soal taktik-taktik yang diterapkannya.
Salah satunya adalah permainan bertahan yang terus-menerus ditampilkan Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia.
Selain itu, Shin Tae-yong juga dianggap tak mampu membuat lini serang Timnas Indonesia menjadi tajam, kendati dirinya sudah mendatangkan pelatih striker.
(Felix Indra Jaya)