Persib sendiri setiap tahun selalu memberikan kesempatan kepada pemain hasil binaan untuk mengikuti program latihan bersama tim senior. Bahkan, ada beberapa yang dipromosikan.
Namun, Bojan Hodak menuturkan, bukan perkara yang mudah bagi pemain muda untuk menembus skuat utama Persib.
"Anda harus mengerti bahwa perbedaan antara tim U-17, U-21, dan tim utama itu sangat besar. Bahkan pemain-pemain terbaik pun," ujarnya.
"Anda bisa lihat bahwa setiap tahun kami mengundang beberapa pemain dari akademi, tapi sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan menit bermain. Mereka butuh waktu. Tapi tentu saja, kami selalu memantau semua pemain muda kami," tegasnya.
![Akademi Persib Bandung menjadi wakil Indonesia di Gothia Cup 2025 setelah menjuarai Grand Finale Meet The World With SKF Road to Gothia Cup 2025. [Dok. Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/11/25/41112-akademi-persib-bandung-menjadi-wakil-indonesia-di-gothia-cup-2025.jpg)
PSSI Didesak Seriusi Kompetisi Pemain Muda
Timnas Indonesia U-17 kalah 0-6 dari Korea Utara (Korut) U-17 di perempat Piala Asia U-17 2025.
Buntut kekelahan ini, ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro mendesak PSSI untuk segera bentuk kompetisi usia muda berjenjang.
Indro mengatakan Timnas Indonesia U-17 tampil luar biasa di Piala Asia U-17 2025. Ia ingin talenta-talenta muda ini tidak hilang sehingga harus terus diasah dalam kompetisi.
Sayangnya, kompetisi usia muda di Tanah Air seperti Elite Pro Academy (EPA) belum maksimal gelarannya. Kejuaraan ini tidak menggelar kompetisi penuh meski sudah ada beberapa kelompok usia.
Baca Juga: Patrick Kluivert Jadi Saksi Ole Romeny Tak Bisa Dimaksimalkan Pelatih Oxford United
Bagi Indro mempersiapkan talenta muda lebih bagus untuk masa depan Timnas Indonesia. Sehingga ke depannya skuad Garuda tidak mengandalkan pemain lewat jalur naturalisasi.
"Timnas U-17 adalah para pemain yang memiliki talenta yang baik, ini terbukti saat di fase grup bisa mengalahkan seluruh lawan-lawannya. Kompetisi berjenjang yang berkualitas masih kurang terlihat dilakukan oleh PSSI. Lebih sibuk dengan naturalisasi," kata Indro dalam keterangannya.
"Perbaikan kompetisi hanya sebatas penggunaan VAR bukan sistemik. Kita ingin mencontoh mana, Amerika dan Jepang yang menggunakan kompetisi berjenjang lewat sekolah formal atau gaya Eropa yang lewat klub. Itu yang tidak terlihat dilakukan PSSI,” tutup Indro.
Kontributor : Rahman