Di atas kertas, kolaborasi ini terlihat seperti sebuah takdir.
Patrick Kluivert dan Simon Tahamata adalah representasi murni dari filosofi "Total Football" Ajax dan Belanda.
Permainan yang mengandalkan teknik tinggi, kecerdasan spasial, pergerakan tanpa bola, dan keberanian dalam menyerang.
Di sinilah peran Indra Sjafri menjadi vital. Sebagai Plt Direktur Teknik, ia bertanggung jawab menyusun kurikulum pembinaan usia dini di seluruh Indonesia.
Metode "blusukan"-nya yang legendaris kini memiliki tujuan baru yang lebih spesifik, bukan lagi sekadar mencari talenta, melainkan mencari pemain dengan tipe DNA yang sesuai dengan cetak biru Kluivert dan Simon Tahamata.
Ia kini bertugas memastikan bahwa dari pelosok Aceh hingga Papua, anak-anak Indonesia dilatih dengan filosofi yang sama, sehingga saat mereka mencapai level senior, mereka sudah siap "berbicara" dalam bahasa taktik yang sama dengan Patrick Kluivert.
Indra Sjafri dikenal lebih suka bekerja dengan pemain muda yang masih "bersih" dan bisa dibentuk.
Ia percaya lebih mudah menanamkan filosofi pada talenta mentah daripada mengubah kebiasaan pemain yang sudah matang.
![Kriteria Pemain Incaran Simon Tahamata untuk Timnas Indonesia, Bukan Kaleng-kaleng! [Dok. IG Simon Tahamata]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/03/83124-simon-tahamata.jpg)
Jauh sebelum menjadi figur nasional, Indra Sjafri adalah seorang instruktur yang rajin berkeliling Indonesia.
Baca Juga: Bocoran Eks Tangan Kanan STY: Timnas Indonesia U-17 Gelar 3 Uji Coba di Spanyol
Ia memiliki salah satu database talenta paling komprehensif, lengkap dengan catatan perkembangan setiap pemain yang ia pantau.
Selaras dengan filosofi Belanda, Indra Sjafri selalu menempatkan "kecerdasan bermain" sebagai salah satu kriteria utamanya.
Ia sering mengatakan bahwa pemain hebat tidak hanya menggunakan kakinya, tetapi juga otaknya.