Suara.com - Pemain keturunan Indonesia, Ryan Flamingo dikabarkan tengah diincar oleh AC Milan.
Meski kekinian rumor tersebut hanya isapan jempol lantaran kubu Milan diyakini mengincar striker di bursa transfer musim panas 2025.
Ada cerita menarik dari kehidupan seorang Ryan Flamingo. Pemain yang disebut-sebut memiliki keturuna Jawa ini ternyata mendapat didikan keras dari sang ayah, Roberto Flamingo.
Roberto bukan sekadar ayah biasa. Ia adalah pelatih martial arts yang dihormati secara internasional karena kedisiplinannya.
![Dirumorkan Direkrut AC Milan, Pemain yang Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia Harus Gigit Jari [Instagram Ryan Flamingo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/18/55392-ryan-flamingo.jpg)
Filosofi hidup yang keras, teratur, dan penuh tanggung jawab itu ia turunkan langsung kepada sang anak sejak kecil.
Menurut Roberto, disiplin dan dukungan adalah kunci utama dalam membentuk Ryan menjadi pemain profesional.
“Saya selalu berusaha hadir, memberi support, dan menjadi contoh. Apa pun yang dilakukan anak, entah sekolah atau sepak bola, yang terpenting adalah dukungan,” ujar Roberto seperti dinukil dari studio040.nl
Ia menegaskan bahwa dirinya ingin memberi sesuatu yang dulu tidak ia dapatkan dari orang tuanya, yakni kehadiran dan dukungan nyata.
Roberto menceritakan bahwa sejak usia tujuh tahun, Ryan kerap dibawanya ke luar negeri saat ia bekerja.
Baca Juga: Dirumorkan Direkrut AC Milan, Pemain yang Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia Harus Gigit Jari
Dari Amerika hingga Thailand, Ryan kecil menyaksikan langsung bagaimana ayahnya melatih para atlet juara dunia.
“Dia melihat sendiri bagaimana saya melatih dengan disiplin. Dari situlah dia belajar banyak,” tambahnya.
Meski orang tua Ryan tidak lagi bersama, Roberto dan sang ibu tetap satu suara dalam mendidik anak. Baginya, konsistensi adalah hal mutlak.
“Ya = ya, tidak = tidak. Anak harus tahu batasan. Itu membuat Ryan jelas tahu apa yang ia bisa harapkan dari saya,” ujarnya.
Roberto pun menitipkan pesan sederhana untuk para orang tua lain.
“Kuncinya hadir, mendukung, dan tahu apa yang anak lakukan. Tidak bisa kita punya anak tapi tidak tahu di mana dia berada. Itu tidak boleh,” tegasnya.