Survei yang diungkap The Trade Desk pada Maret tahun ini mengatakan konsumsi layanan OTT di Indonesia tertinggi di pasar Asia Tenggara, dengan pertumbuhan sebesar 40 persen. Trade Desk menemukan, satu dari tiga orang Indonesia menonton konten OTT, dengan konsumsi 3,5 miliar jam konten setiap bulannya.
Dikatakan, jumlah penonton Indonesia di awal Desember ini telah melampaui rekor penonton tahun 2019 yang mencapai 51.901.746. Di layanan streaming, 50-an juta penonton telah diraih OTT di Indonesia tahun lalu. Artinya, jutaan penonton yang diraih Kupu Malam adalah hal lumrah.
"Digital Sinetron"
Manoj Punjabi, produser MD Pictures yang memproduksi Kupu Malam untuk WeTV, pernah mengatakan dalam suatu tayangan YouTube, kalau kini eranya web-series yang disebutnya "digital sinetron". Bila diartikan, hal itu berarti tayangan mirip sinetron yang ditujukan bagi penonton digital (baca: OTT).
MD Pictures awalnya lebih dikenal sebagai pabrik pembuat sinetron sukses. Mereka telah melahirkan Bawang Merah-Bawang Putih serta Cinta Fitri hingga berjilid-jilid. Memindahkan medium sinetron ke OTT bukan hal sulit bagi mereka.
Bedanya, bila sinetron di TV bisa ditonton gratis, untuk OTT konsumen mesti berlangganan. Minimal membayar pulsa kuota data internet. Maka, "digital sinetron" di OTT umumnya punya production value yang lebih baik dari tayangan sinetron di TV. Ceritanya mungkin sama soal perselingkuhan, tapi penggarapannya tidak melulu serba close-up, serba terang-benderang dan over-acting.
Nah, tambahan pula, penonton sinetron di TV bisa jadi telah hijrah ke OTT. Menurut laporan The Trade Desk dan Kantar, saat ini satu dari tiga orang Indonesia menonton konten OTT dengan rata-rata 41,4 jam per bulannya. Mungkin, karena sebelumnya mereka menonton sinetron di TV gratis (free to air), kini mereka juga nonton tayangan yang ceritanya mirip sinetron di OTT.
Di situlah kenapa Kupu Malam banyak ditonton. Serial yang dibintangi Michelle Ziudith, Lukman Sardi dan Kenny Austin ini sejatinya punya cerita yang mirip sinetron.
[SPOILER ALERT! Yang tak ingin tahu kejutan cerita Kupu Malam silakan lewati dua paragraf di bawah.]
Alkisah, seorang perempuan (Michelle Ziudith) terjerumus ke lembah hitam prostitusi demi membiayai pengobatan sang adik. Selama jadi pelacur ia memegang prinsip tak berciuman bibir dan ogah melayani pelanggan yang sama lebih dari sekali. Hal ini membuat ia jadi pelacur nomor satu karena selalu dicari klien. Salah satu klien (Lukman Sardi) terobsesi ingin mengencaninya lebih dari sekali. Sang pelacur bergeming pada prinsipnya. Hingga satu kali, adiknya harus dioperasi karena penyakitnya sudah terlalu parah. Ia galau akan prinsip yang sudah dipegangnya teguh. Ia menerima tawaran dari klien yang terobsesi dengannya tadi.

Namun, sebelum ia ditiduri untuk kedua kali, sang adik meninggal. Ia lantas membatalkan transaksi. Ia kabur ke Bali dan memulai hidup baru. Di sana, ia bertemu pria baru (Kenny). Ia membuka hatinya lagi untuk sang pria. Namun, kejutannya, sang pria ternyata putra klien yang terobsesi dengannya.
[Spoiler atau bocoran cerita berakhir di sini.]
Dengan cerita model sinetron tapi digarap serius, dan terutama ditambah bumbua degan seks yang tak mungkin tayang di TV, Kupu Malam terbukti sukses meraup jutaan penonton di setiap tayangan episodenya. Bila menengok ke tahun 1970-an, cerita ini formula sudah terbukti sukses di masa itu.
Sekali lagi, WeTV berhasil menangguk penonton setelah tahun lalu sukses dengan Layangan Putus (2021) yang jadi fenomena viral. Bila ditelisik lebih jauh, penonton Layangan Putus tak beda dengan Kupu Malam dengan tema dewasa yang dekat bagi penonton sinetron. Cerita perselingkuhan, cerita cinta melodrama pacarku adalah putra mantan klienku sudah diakrabi penonton yang sebelumnya nonton cerita sejenis di TV gratis.***
Ditulis oleh Ade Irwansyah, seorang pengamat film dan TV. Menulis buku Seandainya Saya Kritikus Film (2009). Artikel ini adalah opini pribadi.